Koteka merupakan pakaian tradisional sebagai pembungkus alat kelamin pria. Koteka terbuat dari buah labu yang bentuknya panjang. Isi buahnya dibuang lalu kulitnya dibakar sampai kering, sehingga berwarna cokelat kehitaman.
Koteka digunakan oleh orang-orang Papua yang tinggal di wiyalah pegunungan. Namun sayang, kini diyakini koteka terancam punah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Hari menjelaskan, suku-suku di Pegunungan Tengah yang memakai koteka yakni Suku Dani, Yali, Lani, Amungme, Moni dan Mek. Mereka menempati kawasan Pegunungan Tengah, yang meliputi 10 kabupaten dan di wilayah Meepago yang meliputi Nabire, Deyai, Dogiyai, Paniai, Mimika dan Intan Jaya.
"Sekarang, yang memakai koteka hanyalah generasi-generasi tua dan di wilayah yang jauh dari perkotaan," ujarnya.
BACA JUGA: Menguak Lukisan 'Alien' di Gua Papua
Menurut Hari, ada banyak faktor yang membuat koteka terancam punah dari modernisasi sampai faktor malu. Padahal sejatinya, koteka adalah pakaian tradisional yang harus terus lestari sebagai bukti identitas diri.
"Malah sebagian dari orang-orang Papua tidak mengetahui tentang budaya berkoteka yang merupakan warisan nenek moyang," jelas Hari.
"Terlepas dari bentuknya yang unik dan kadang kontroversial, koteka ini adalah bagian dari sejarah yang tak terpisahkan dari masyarakat lokal Papua," lanjutnya menambahkan.
![]() |
Koteka juga kini dijual sebagai suvenir untuk wisatawan yang liburan ke Papua. Seperti apa sih pembuatan koteka? Bagaimana koteka digenakan dan mulai umur berapa tahun? Lalu, bagaimana caranya agar koteka tidak punah?
detikTravel akan mengulasnya dalam Travel Highlight: Koteka Terancam Punah. Nantikan artikel selanjutnya yang membahas koteka lebih dekat.
(wsw/fay)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Layangan di Bandara Soetta, Pesawat Terpaksa Muter-muter sampai Divert!