Pentingnya Eduwisata di Zona Rawan Bencana

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pentingnya Eduwisata di Zona Rawan Bencana

Harianto Nukman - detikTravel
Rabu, 21 Agu 2019 18:25 WIB
Kawasan Gunung Rinjani (dok. BTNGR)
Mataram - Sebagian besar daerah wisata di Indonesia berada pada zona berpotensi bencana. Sejarah kebencanaan dan upaya mitigasi risiko perlu diketahui wisatawam.

Satu lagi yang barangkali belum banyak digarap di Indonesia. Daerah yang pernah terdampak gempa bumi, tsunami, gunung meletus, maupun longsor berpotensi menjadi wisata minat khusus yang diramu dengan edukasi kebencanaan.

Selain wisatawan diajak untuk menjelajah keindahan alam, wisatawan juga dapat dipandu untuk memahami aspek kebencanaan yang ada di tempat yang mereka kunjungi. Mereka juga mesti tahu langkah-langkah mitigasi apa yang perlu dilakukan apabila terjadi bencana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tentunya dengan pengembangan wisata minat khusus jenis wisata ini akan banyak mengundang minat pengunjung, terutama pelajar lokal maupun yang dari luar. Wisata ini bisa diramu dalam format studi tour.

Bukan tidak mungkin paket wisata ini menjadi wahana baru yang bisa menghasilkan pendapatan yang besar bagi daerah dan para pelaku usaha wisatanya.

"Tentunya harus ada investasi yang harus disiapkan untuk menunjang wisata minat khusus ini," kata Ketua Ikatan Ahli Geologi Nusa Tenggara (IAGI Nusra) Kusnadi saat berbincang dengan detikcom, Rabu (21/8/2019).

Dijelaskan Kusnadi, kita perlu belajar dari kejadian gempa bumi Lombok. Gempa ini mengakibatkan fenomena alam seperti pengangkatan karang laut, retakan memanjang (rupture), lereng Gunung Rinjani yang longsor, maupun kerusakan yang masif pada bangunan.

"Setiap fenomena ini dapat dijadikan monumen atau taman mitigasi bencana yang jadi salah satu stop point untuk tour," ujarnya.

Bahkan, menurut dia, dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, banyak contoh penerapan metode itu dari negara-negara maju seperti Jepang dan Belanda.

"Mereka mengabadikan bangunan maupun barang-barang yang terdampak oleh bencana sebagai sebuah museum atau monumen tanpa dilakukan rekonstruksi ulang sehingga di kemudian hari banyak masyarakat lokal secara kreatif memanfaatkannya sebagai wisata edukasi kebencanaan," jelasnya.

Untuk melakukan itu, ungkap Kusnadi, perlu langkah yang cepat dan tepat. Jangan sampai potensi edukasi hilang karena tempat terdampak gempa bumi diratakan dan menimbun semua fenomena yang diakibatkan seperti likuifaksi dan rupture.

Langkah itu bukan hanya bermanfaat secara ekonomi tapi mampu menyadarkan masyarakat lokal dan pengunjung akan pentingnya edukasi kebencanaan. Terlebih bagi warga yang tinggal di daerah dengan potensi bencana tinggi.


(bnl/fay)

Hide Ads