Kegiatan itu sekaligus bertepatan dengan perayaan tanggal 1 Muharam pada Sabtu siang (31/8) kemarin. Ada sekitar 1000 dulang yang ditutup tembolaq merah dibawa ribuan perempuan Sasak dari penjuru desa yang ada di Lombok Timur.
Peserta parade yang perempuan menggunakan pakaian khas Sasak yaitu lambung, lengkap dengan tongkaq atau lempot yang melilit pinggang. Pakaian yang melambangkan kesopanan dan kesuburan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ribuan dulang yang dibawa berisikan makanan khas masyarakat Sasak. Selain dulang ada kendi, tempat air minum yang terbuat dari tanah liat.
Deretan panjang parade dulang sebagai simbol semangat gotong-royong warga Lombok Timur yang tetap terpelihara hingga saat ini.
"Itu isinya makanan untuk makan siang atau makan malam. Bisa juga isinya makanan ringan tradisional Sasak," ucap Kepala Dinas Pariwisata Lombok Timur, HM Mugni, Minggu (1/9/2019).
![]() |
Dia juga menjelaskan dulang sebagai simbol gotong-royong masih terpelihara di tengah masyarakat Lombok Timur.
"Dulang dalam budaya Sasak adalah lambang gotong royong. Biasanya dibuat untuk membantu keluarga atau tetangga yang pesta hajatan. Lambang kebersamaan karena makan dilakukan bersama-sama. Baik berdua, bertiga atau berempat. Itu biasa kita sebut dengan istilah makan begibung," jelasnya.
Parade seribu dulang yang dibawa dari tiap desa dan kelurahan di Kabupaten Lombok Timur tersebut dimeriahkan dengan seni musik tradisional gendang belek, klenang, rebana duduk, rebana lima dan bentuk lain kesenian yang ada di desa.
![]() |
Acara puncak hari ulang tahun ke-124 Kabupaten Lombok Timur itu sekaligus untuk menyambut Tahun Baru Islam 1441 Hijriah. Pawai dulang dikoordinir oleh masing-masing camat dan berbaris per kecamatan.
Selamat Hari Jadi Lombok Timur.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol