Untuk menyambut tahun kunjungan wisata 2020 atau sering disebut sebagai Romansa Purworejo 2020, warga Purworejo yang terdiri dari siswa siswi SD, SMP, SMA sederajat, mahasiswa dan masyarakat umum secara massal menari Dolalak di alun-alun kota Purworejo, Sabtu (14/9/2019) sore. Sedikitnya 5.600 penari terjun di tengah alun-alun dan menari bersama.
"Tarian Dolalak massal ini dalam rangka menyongsong tahun kunjungan wisata Purworejo 2020. Di luar dugaan, target kita rencananya dengan 5.000 penari tapi ini bisa mencapai 5.600 penari," kata Bupati Purworejo, Agus Bastian saat ditemui detikcom usai tarian digelar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak mau ketinggalan, Agus Bastian bersama pejabat Forkopimda pun ikut membaur dan menari bersama ribuan penari. Tarian Dolalak dipilih karena merupakan tarian khas yang sudah menjadi ikonnya Purworejo. Bahkan, Dolalak telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 16 Agustus 2019 lalu.
"Ya tentunya karena Dolalak merupakan tarian khas yang menjadi ikonnya Purworejo, makanya kita memilih untuk menyajikan tarian dolalak. Besok para turis yang berkunjung di Purworejo juga akan kami ajak menari. Ini baru pemanasan, nanti akan kita adakan lagi dengan jumlah yang lebih banyak," lanjutnya.
Diiringi dengan suara musik tradisional berupa kendang, rebana, bedug atau jidur dan musik tardisional lain, ribuan penari Dolalak berlenggak lenggok dengan rampak dan apik di tengah Alun-alun terbesar se Jawa itu. Masyarakat pun tumplek blek meyaksikan pagelaran tersebut.
Tari Dolalak sendiri merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda. Nama Dolalak diambil dari tangga nada Do dan La karena awalnya tarian ini hanya diiringi dengan alat musik dua nada. Menurut sejarahnya, tarian tersebut terinspirasi dari perilaku serdadu Belanda ketika beristirahat di camp mereka saat masa penjajahan.
![]() |
Aktivitas tersebut kemudian ditiru oleh orang pribumi dan terciptalah gerakan yang sederhana dan berulang-ulang yang kemudian dinamakan tarian Dolalak. Hingga kini, tarian tersebut terus dilestarikan oleh masyarakat Purworejo. Hampir setiap desa di kabupaten ini memiliki grup Dolalak.
Sementara itu, Shinta Maharani (11) salah satu penari yang ikut berlenggak-lenggok bersama penari lain mengatakan bahwa sebelumnya ia telah melakukan persiapan selama satu bulan. Meski mengaku menemui banyak kesulitan saat latihan, namun siswi kelas 6 SD itu merasa senang karena akhirnya bisa menari secara massal dengan baik.
"Baru kali ini ikut menari massal, latihannya sebulan. Ya banyak kesulitan awalnya karena gerakannya banyak tapi alhamdulillah tadi pas tampil bareng-bareng bisa lancar, seneng mas," ucapnya.
Tak hanya tarian Dolalak, pentas kesenian tradisional lain dari Purworejo juga digelar di amphitheater di pojok alun-alun hingga malam hari dalam acara bertajuk Event Bersama Eks Karesidenan Kedu. Berbagai kesenian tradisional lain dari Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Wonosobo, Temanggung dan Kebumen juga ikut memeriahkan susana malam Minggu Purworejo.
(sna/fay)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan