Asap tebal membumbung tinggi memenuhi langit Kalimantan Tengah beberapa hari belakangan. Kebakaran hutan ditengarai sebagai penyebab munculnya asap pekat yang mengganggu kesehatan tersebut.
Tak hanya warga yang terdampak, makhluk hidup lain yang berhabitat di hutan Kalimantan malah sudah ada yang jadi korban dari kebakaran tersebut. Salah satunya adalah ular piton langka yang disebut sebagai Tangkalaluk oleh warga setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh warga Kalimantan, ular berukuran raksasa ini disebut Tangkalaluk. Karena sosoknya yang misterius dan jarang dilihat orang, ular berjenis Piton itu sering disangka sebagai makhluk astral.
Padahal sebenarnya, ular ini bukanlah makhluk siluman atau jadi-jadian, tetapi ular sungguhan. Nama spesiesnya Malayophyton reticulatus.
BACA JUGA: Kisah Sedih Amazon, Hutan Penuh Misteri yang Terbakar
Ular ini memang bisa tumbuh hingga mencapai ukuran raksasa. Ular yang masuk dalam keluarga Phytonidae bisa tumbuh hingga mencapai panjang 10 meter, dengan berat mencapai 180 kilogram.
Dengan ukuran tubuh sebesar itu, wajar kalau ular ini butuh makanan yang banyak. Sang Raja Piton biasa berburu babi hutan, rusa, orang utan, hingga hewan besar lain di hutan. Terkadang, ada juga manusia yang pernah jadi korban.
Ular piton biasa berburu dengan cara membelit mangsanya sampai kehabisan nafas, baru kemudian mangsa itu ditelan bulat-bulat. Sekali makan, sang ular bisa bertahan tidak makan lagi hingga berminggu-minggu lamanya.
![]() |
Ular piton jenis ini tersebar di Asia Selatan hingga Asia Tenggara. Hutan Kalimantan pun jadi rumah yang nyaman bagi sang piton untuk hidup. Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak lagi.
Hutan Kalimantan sekarang sudah terbakar, menyisakan asap tebal dan lahan kering kerontang menghitam. Sedih rasanya jika makhluk seperti Tangkalaluk ini harus punah dan menghilang.
(wsw/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan