Mengenal Perayaan Karo dari Suku Tengger Probolinggo

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Perayaan Karo dari Suku Tengger Probolinggo

M Rofiq - detikTravel
Selasa, 17 Sep 2019 18:40 WIB
Prayaan Yadnya Karo di Probolinggo (M Rofiq/detikcom)
Probolinggo - Arak-arakan kelontongan atau jimat suci dilakukan ratusan anggota Suku Tengger. Inilah perayaan Yadnya Karo yang masih terjaga turun temurun di Probolinggo.

Warga dari dua desa yakni Ngadisari dan Jetak merayakan Yadnya Karo tahun Saka 1941, Selasa (17/9/2019). Diiringi suara gamelan, dua arak-arakan kemudian bertemu.

Perayaan itu layaknya iring-iringan sepasang pengantin pria dan wanita. Namun, dalam perayaan ini peran mempelai wanita digantikan oleh seorang pria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Desa Jetak sebagai pengantin laki-laki dan Kades Ngadisari sebagai pengantin perempuan, sementara selaku saksi adalah Kades Wonotoro. Usai melakukan arak-arakan, kedua pengantin lantas menuju Balai Desa Jetak, Kecamatan Sukapura.

Di dalam balai desa, perayaan Yadnya Karo dilanjutkan dengan Tari Sodoran. Ritual suci ini mengisahkan pertemuan dua benih manusia, yakni pria dan perempuan, sebagai gambaran cikal bakal adanya kehidupan di alam semesta.

(M Rofiq/detikcom)(M Rofiq/detikcom)


Di akhir acara, para wanita warga Suku Tengger, lantas menyuguhkan makanan bagi kaum pria yang mengikuti prosesi perayaan Yadnya Karo. Semua warga Suku Tengger lantas berbaur dari anak-anak hingga orang dewasa untuk menyantap sajian makanan bersama.

BACA JUGA: Ritual Penyucian Diri Suku Tengger, Probolinggo

Tokoh adat Suku Tengger, Supoyo, mengatakan Karo adalah nama kalender Tengger bulan kedua. Makna Karo sendiri merupakan perlambang asal mula kelahiran manusia yang diciptakan Sang Hyang Widiwasa melalui perkawinan dua orang jenis manusia yakni pria dan perempuan.

(M Rofiq/detikcom)(M Rofiq/detikcom)


"Untuk Tari Sodoran dalam Hari karo sendiri, maknanya adalah pertemuan dua manusia. Di mana itu adalah perwujudan leluhur Suku Tengger, yakni sosok Joko Segger dan Roro Anteng," kata Supoyo.

Dijelaskan Supoyo, meski berlawanan jenis manusia bisa hidup rukun dan saling bertanggung jawab. Mereka akan menjaga keutuhan rumah tangga.

Sementara Bupati Probolinggo Puput Tantrianasari mengatakan bahwa Hari Raya Karo merupakan adat khas Suku Tengger, yang masuk budaya Indonesia. Budaya warga Suku Tengger harus terus dilestarikan karena merupakan simbol toleransi antar umat beragama.

"Suku Tengger merupakan simbol toleransi budaya dan agama, karena semua bisa hidup berdampingan," jelas Tantri.




(msl/aff)

Hide Ads