Agar Hutan di Gunung Rinjani Tak Gundul Lagi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Agar Hutan di Gunung Rinjani Tak Gundul Lagi

Harianto Nukman - detikTravel
Sabtu, 21 Sep 2019 14:50 WIB
Foto: (dok BTNGR)
Lombok Timur - Hutan Pesugulan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani sudah lama gundul. Konservasi pun dilakukan melalui rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat.

Belum lama ini, pelaku pemanfaatan kawasan tanpa izin (PKTI) ditertibkan melalui operasi simpatik pada 14 hingga 18 September 2019 yang lalu.

Penertiban itu merupakan rangkaian dari kegiatan revitalisasi fungsi kawasan hutan Pesugulan di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Pemusnahan tanaman dan pembongkaran gubuk serta pemasangan spanduk larangan terhadap warga agar tidak lagi melakukan pemanfaatan kawasan tanpa izin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekitar 200 personil dari Balai PPHLHK Jawa Bali Nusa Tenggara, Pemerintah Provinsi NTB, TNI, Polri, Pol PP Lombok Timur, Balai KSDA NTB, dan KPH Rinjani Timur yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Agar Hutan di Gunung Rinjani Tak Gundul LagiPenyerahan bibit pohon (dok BTNGR)


Pencegahan perambahan hutan agar tidak terulang kembali juga dilakukan gerakan penghijauan. Rehabilitasi kawasan dilakukan melalui penanaman pohon sebanyak 550 bibit. Jenis yang ditanam terdiri dari 400 bibit pohon beringin dan 150 bibit pohon klokos, jenis alpukat 3000 bibit, durian 500 bibit dan kelor 500 bibit.

Penerima bibit merupakan masyarakat desa penyangga di sekitar lokasi PKTI Hutan Pesugulan yaitu, Dusun Jurang Koak Desa Bebididas dan Dusun Montong Kemong Desa Sapit. Harapannya dengan penanaman ini tanah yang gersang berubah menjadi hamparan tegakan pohon yang menyejukkan mata dan memberikan kesegaran.

BTNGR juga sebelumnya telah mengajak warga membuat penangkaran rusa di Desa Bebidas. Seperti diketahui rusa merupakan satwa yang menjadi lambang Taman Nasional Gunung Rinjani sekaligus menjadi lambang Provinsi NTB.

Agar Hutan di Gunung Rinjani Tak Gundul LagiFoto: (dok BTNGR)


Penangkaran rusa menjadi model konservasi melalui pemberdayaan masyarakat dan sebagai upaya peningkatan populasi spesies. Selain tujuannya untuk mensuplai rusa di Taman Buru Pulau Moyo yang ada di Sumbawa.

"Dikelola oleh kelompok, bekerjasama dengan desa, desa yang menyediakan lahan, kita yang kasih sapras dan rusanya," ujar Kepala BTNGR Sudiyono, Sabtu (21/9/2019).

Rusa adalah hewan yang mudah dipelihara. Jenis pakannya lebih beragam daripada sapi, sehingga kebutuhan akan pakan rumput lebih sedikit. "Pemeliharaan rusa tentu akan dapat meminimalisir ancaman perambahan areal penanaman rumput," kata dia.

Penangkaran rusa juga dapat menjadi suatu atraksi wisata baru yang berbasis masyarakat. Pengunjung dapat berwisata memberi makan rusa, menikmati produk olahan rusa sekaligus mempelajari siklus hidup spesies satwa yang dilindungi ini.





(sym/sym)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads