Macan Tutul Jawa atau yang dikenal dengan nama Panthera pardus Melas diketahui masih terdeteksi keberadaannya di beberapa tempat di Indonesia. Salah satu populasi terbesar hewan tersebut diketahui berada di wilayah TNGHS.
Selain elang jawa dan owa kawa, macan tutul masuk ke dalam spesies kunci di area dengan luas 87.699 hektar tersebut. Dalam barisan satwa, macan tutul dikenal dengan statusnya yang Top Predator atau predator tingkat tinggi. Tidak jarang, hewan tersebut membunuh anaknya sendiri ketika pasangannya melahirkan macan tutul jantan demi melanggengkan wilayah kekuasaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BACA JUGA: Menelusuri Jejak Macan Tutul di Halimun Salak
Pria yang akrab disapa Kang Jaya itu menjelaskan macan tutul jantan yang baru dilahirkan seringkali dirawat sembunyi-sembunyi oleh induknya. Ketika ketahuan oleh pejantan maka akan dibunuh tanpa kompromi.
"Jadi dia tidak mau ada pesaing, secara naluri maka anaknya itu akan dibunuh. Karena dalam satu Home Range atau teritori hanya ada satu jantan, berbeda dengan betina yang dalam satu teritori bisa diisi dua atau 3 ekor," lanjut Kang Jaya.
![]() |
Wilayah teritori dan jelajah macan tutul jantan mencapai luasan 6 hingga tujuh kilometer. Wilayah itu hanya di isi oleh pejantan saja.
Pada akhir pekan lalu, Detikcom bersama Biro Humas KLHK sempat menjelajah rimbunnya rimba Resort Penelitian Cikaniki. Hewan yang mempunyai ciri khas warna kuning dengan dot hitam itu diketahui kerap berjemur di sekitar Curug Macan di area Cikaniki.
"Di teritori atau wilayah yang dipertahankan mereka menandainya dengan membuat tanda goresan di tanah yang biasanya disertai dengan urin dan feses. Tanda ini biasanya dibuat pada lantai hutan yang relatif datar pada jalur-jalur yang rutin dilewati oleh macan. Penandaan ini juga digunakan sebagai alat komunikasi antara individu macan di habitatnya. Homerange macan tutul umumnya terpusat disekitar badan air dimana mangsa terkonsentrasi," jelas Kang Jaya.
![]() |
Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu habitat penting bagi tiga satwa prioritas dari 25 spesies prioritas tersebut yaitu untuk jenis Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) dan Owa Jawa (Hylobates moloch).
"Kawasan TNGHS adalah hamparan hutan hujan tropis pegunungan dataran rendah yang terluas yang masih tersisa di pulau Jawa, dimana satwa tersebut banyak dijumpai di kawasan ini. Upaya pemerintah perlu kita apresiasi dengan melakukan berbagai upaya positif dalam mengkonservasi satwa tersebut. Balai TNGHS sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menerima mandat ini pada setiap tahunnya melakukan aktivitas terkait sehingga tercapai apa yang dicita-citakan pemeritah tersebut," tandasnya.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Viral Koper Penumpang Transnusa Ditulisi Kata Tidak Senonoh