Penemuan Langka di Papua: Buaya Nugini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penemuan Langka di Papua: Buaya Nugini

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 03 Okt 2019 18:15 WIB
Penemuan Langka di Papua: Buaya Nugini
Buaya Nugini (iStock)
Sentani - Baru-baru ini warga di sekitar Danau Sentani, Papua menemukan hal yang tak biasa. Seekor buaya Nugini!

Dalam penelitian situs hunian prasejarah di Danau Sentani bagian barat, masyarakat yang sedang membersihkan saluran air di rawa-rawa sagu, Kampung Toware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua menangkap seekor buaya endemik Danau Sentani. Buaya ini pun sudah dibilang langka.

"Buaya Sentani atau juga disebut buaya Nugini (Crocodylus novaeguineae) sudah langka, jarang dijumpai," kata peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto kepada detikcom, Kamis (3/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BACA JUGA: Kisah Wamena dan Nama yang Salah Kaprah

Hari menjelaskan, spesies buaya ini memiliki kebiasaan bersarang di tempat yang ternaung, seperti di dasar pohon sagu dan dekat dengan kubangan air. Sekali bertelur betina mengeluarkan 27 sampai 45 telur.

"Buaya Nugini terutama memakan ikan, namun juga merupakan pemakan oportunistik dan akan memangsa avertebrata dan vertebrata air, termasuk katak, ular, biawak dan burung," terangnya.

Penemuan Langka di Papua: Buaya NuginiFoto: (Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua/Istimewa)


Pada buaya Nugini, di antara tengkorak dan leher terdapat sisik-sisik kecil, serta sebaris 4 atau 6 perisai yang agak besar dan miring letaknya. Petak-petak tanduk atau sisik pada perut buaya Nugini berukuran lebar dengan jumlah sedikit.

"Selain dijumpai di Danau Sentani, buaya Nugini juga terdapat di Sungai Sepik, Papua Nugini," ujar Hari.

(Halaman selanjutnya, tengkorak buaya Nugini sebagai perhiasan rumah)

Tengkorak Buaya Nugini

Foto: (iStock)
Pada bagian punggung buaya Nugini terdapat garis melintang berwarna gelap. Pada ekor buaya Nugini berwarna belang-belang hitam dan garis-garis lebar. Buaya Nugini berkeliaran pada malam hari, jika ada berkas cahaya yang tepat mengenai matanya, seakan-akan mata itu memancarkan cahaya merah.

"Panjang total buaya Nugini bisa mencapai 3,3 meter," ungkap Hari.

Hari menjelaskan fakta yang mengejutkan. Dalam budaya masyarakat Papua yang menetap di sekitar Danau Sentani, tengkorak buayanya digunakan sebagai perhiasan rumah.

"Dalam budayanya, pada masa lalu oleh masyarakat Sentani, tengkorak buaya Nugini digunakan sebagai perhiasan rumah," jelas Hari.

Menurut Hari, keberadaan buaya Nugini di Danau Sentani saat ini sangat sulit dijumpai. Sebab, habitatnya sudah berubah menjadi pemukiman atau terkena pelebaran jalan raya Sentani.

BACA JUGA: Penemuan Langka di Papua: Ikan Kepala Buaya

Halaman 2 dari 2
Pada bagian punggung buaya Nugini terdapat garis melintang berwarna gelap. Pada ekor buaya Nugini berwarna belang-belang hitam dan garis-garis lebar. Buaya Nugini berkeliaran pada malam hari, jika ada berkas cahaya yang tepat mengenai matanya, seakan-akan mata itu memancarkan cahaya merah.

"Panjang total buaya Nugini bisa mencapai 3,3 meter," ungkap Hari.

Hari menjelaskan fakta yang mengejutkan. Dalam budaya masyarakat Papua yang menetap di sekitar Danau Sentani, tengkorak buayanya digunakan sebagai perhiasan rumah.

"Dalam budayanya, pada masa lalu oleh masyarakat Sentani, tengkorak buaya Nugini digunakan sebagai perhiasan rumah," jelas Hari.

Menurut Hari, keberadaan buaya Nugini di Danau Sentani saat ini sangat sulit dijumpai. Sebab, habitatnya sudah berubah menjadi pemukiman atau terkena pelebaran jalan raya Sentani.

BACA JUGA: Penemuan Langka di Papua: Ikan Kepala Buaya

(aff/aff)

Hide Ads