Ruang multisensori ini disebut sebagai yang pertama, baik di bandara Indonesia maupun Asia Pasifik. Letak ruangan ituu sendiri berada di area ruang tunggu keberangkatan domestik Bandara Ahmad Yani.
Ruangan multisensori ini diresmikan oleh Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi, Senin (21/10/2019). Ruangan itu disebutnya sebagai komitmen Angkasa Pura dalam memberikan pelayanan bagi seluruh pengguna jasa bandara tanpa terkecuali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berharap keberadaan ruang multisensori ini dapat digunakan sebaik mungkin dan memberikan banyak manfaat bagi pengguna jasa, khususnya orang tua yang bepergian bersama anak autisme. Ke depan, kami berencana menghadirkan ruang multisensori ini di seluruh bandara yang kami kelola," kata Faik Fahmi dalam rilis pers.
Terdapat dua tipe kegunaan ruangan multisensori yaitu ruangan putih (white room) dan ruangan gelap (black room). Apa perbedaannya?
Ruangan putih berguna untuk menciptakan rasa aman, santai, dan memberikan sensasi nyaman kepada anak dengan autisme. Sementara ruangan gelap berguna untuk memfasilitasi pemahaman anak dengan autisme terhadap lingkungan sekitar dan pemahaman mengenai hubungan sebab-akibat.
Dengan luas 3,6 x 10 meter, ruang multisensori juga dilengkapi berbagai fasilitas seperti matras pada lantai dan dinding ruangan, bola gym, bean bag, tabung gelembung akuatik (aqua tube), lampu LED yang bisa berubah warna, laser finger, serta papan vestibular.
Faik Fahmi juga menjelaskan kehadiran ruangan ini dapat dijadikan tempat yang nyaman bagi pengidap autisme agar merasa tenang, aman, dan nyaman khususnya di tengah situasi bandara yang sibuk.
(krs/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan