Krayan adalah sebuah daerah yang berada di pedalaman hutan Kalimantan Utara. Wisatawan bisa mencapai lokasi dengan jalur udara, dengan catatan penerbangan ke sana pun terbatas dengan menggunakan pesawat perintis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sebagai pemilik Hotel Borneo berusaha sebaik mungkin untuk dapat melayani para tamu yang datang. Walau sebenarnya kami sangat berada di keterbatasan, namun saya tetap berusaha total memberikan pelayanan terbaik supaya tamu senang," ujarnya.
![]() |
Tak dimungkiri, berada di perbatasan membuat Novliana menghadapi sejumlah tantangan dalam mengelola hotelnya. Salah satu faktor utamanya adalah SDM yang tak memadai.
"Kesulitan pertama saya adalah mencari pekerja. Rata-rata pekerja tidak berpengalaman, juga tidak ada pendidikan perhotelan, atau pelatihan dan seritifikasi untuk perhotelan. Saya kesulitan di situ utamanya," jelasnya.
"Sementara kalau kita mempekerjakan yang sudah punya sertifikat dan yang dari kota kan gajinya tinggi. Sedangkan yang menginap saja kan jarang ya, bahkan pernah tidak ada wisatawan sama sekali," lanjutnya.
Baca juga: Salam Hormat untuk Tentara Perbatasan! |
Tak hanya masalah SDM, Novliana juga bermasalah dengan fasilitas air di hotelnya. Dia pun jadi tidak memiliki keberanian untuk promosi hotelnya lebih.
"Kami susah juga dengan air. Maka itu saya tidak berani promosi ke luar. Jika pun ada yang menginap, biasanya orang-orang dinas, saya akan mengupayakan sebaik mungkin," kata Novli.
Saat ditanya, kenapa memilih bisnis hotel di Krayan yang faktanya susah dijangkau alias terpencil, Novli punya alasan tersendiri.
"Saya kan pebisnis dan banyak buyer saya itu datang dari luar Krayan. Saya awalnya bingung mau menampung mereka di mana karena ingin penginapan dengan fasilitas memadai. Sedangkan di Krayan saaat itu masih ada penginapan dengan standar Krayan saja. Maka itu saya beranikan diri membuat hotel," jelasnya.
Novliana merupakan pemilik dari Hotel Heart of Borneo yang ada di Krayan. Dia mengatakan bahwa bangunan hotel telah lama ada, tetapi baru mulai beroperasi setelah ada listrik masuk ke Krayan.
"Bangunan sudah ada semenjak tahun 2015, namun hotel baru aktif baru-baru ini di tahun 2017. Setelah listrik masuk saya baru berani menjalankan hotel," kata Novli.
Dengan adanya listrik dari PLN, Novli mengaku banyak hal terbantu dalam menjalankan hotel. Terutama dalam hal-hal yang mendukung kenyamanan yang menginap di hotelnya.
"Berkat ada listrik ini banyak hal kami terbantu, hingga kita bisa hidup dan bekerja seperti layaknya orang perkotaan sana. Sekarang di hotel ada wifi, TV, hingga bisa jadi hiburan untuk turis yang menginap. Jadi mereka tidak bingung mau apakan," tuturnya.
"Juga berkat ada listrik kami bisa pakai mesin cuci untuk mencuci seprei dan lainnya. Dulu tidak bisa karena kita pakai mesin genset dan tidak kuat," tambahnya.
![]() |
Semakin mudahnya beroperasi karena listrik, Novli sudah mempersiapkan langkah-langkah ke depannya untuk melanjutkan pergerakan bisnis hotelnya.
"Banyak hal yang harus dibenahi, terutama dalam unsur-unsur penting di perhotelan yaitu SDM andal. Kita butuh pelatihan perhotelan, pelatihan tentang restoran dan persalonan juga. Menurut saya 3 unsur itu yang penting di hotel," katanya.
"Langkah saya nanti akan kirim orang ke kota untuk pelatihan perhotelan dan juga media sosial. Kalau tidak kita yang memberdayakan daerah kita, ya siapa lagi?" tutupnya.
Untuk sekarang, tamu yang paling banyak dilayani Hotel Borneo adalah pejabat atau orang kedinasan.
"Tamu hotel saya banyak orang dinas dan kementerian yang datang untuk pengawasan ke Krayan. Dan setiap minggunya ada kok yang menginap di hotel saya," ungkapnya.
Hotel of Borneo adalah salah satu akomodasi yang ada di Krayan. Di sana juga banyak penginapan-penginapan yang bisa traveler gunakan untuk istirahat. Harganya ada pada rentang Rp 75 ribu - Rp 400 ribu per malam.
(sym/krs)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum