Seperti diberitakan CNN, banyak orang terkejut ketika Kapten Southwest Airlines, Tammie Jo Shults, mendaratkan pesawat 737 yang lumpuh. Tahun lalu, pesawat itu mengalami sebuah ledakan di mesin saat masih mengudara. Orang-orang terkejut mengetahui bahwa seorang wanita memimpin ruang kokpit.
Disebutkan bahwa saat ini jumlah pilot menjadi sangat sedikit. Hal itu turut membuka peluang buat para wanita dan orang yang bukan berkulit putih. Maskapai pun mengakomodir dengan mengubah standar perekrutan. Karena ketersediaan dan permintaan, gaji para pilot dan teknisi penerbangan meningkat secara dramatis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekolah penerbangan Flight Schools Association of North America saat ini sudah melaporkan kenaikan jumlah siswa perempuan. Peningkatan itu terjadi sebesar 10% hingga 15%.
Kemajuan ini adalah upaya untuk mengubah susunan industri penerbangan yang begitu keras menentang perubahan. Pilot pria kulit hitam pertama dan wanita kulit putih pertama dipekerjakan oleh maskapai pada 1960-an dan 1970-an.
Semenjak itu, jumlah pilot wanita perlahan-lahan naik dari 5% menjadi hampir 7%. Tapi jumlah itu tak mengalami kenaikan berarti selama sepuluh tahun terakhir.
![]() |
Ketimpangan jumlah wanita di udara
"Perempuan kurang terwakili di banyak bidang dunia penerbangan, kesenjangan terbesar ada di bagian teknis dan posisi pimpinan," kata Dr. Rebecca Lutte dari Universitas Nebraska dalam studinya untuk Women in Aviation International.
Kata dia dalam laporannya menunjukkan bahwa keberadaan perempuan sebagai pilot, teknisi pemeliharaan, dan eksekutif maskapai kurang dari 10%. Ia menekankan perlunya 3% eksekutif maskapai adalah wanita dan 1% kapten wanita agar bisa membangun perusahaan. Dan bagian lainnya juga harus diisi oleh wanita, namun perlu penelitian lebih lanjut, seperti rekayasa kedirgantaraan, pengiriman, keamanan siber, bandara dan kontrol lalu lintas udara.
Pilot wanita mengatakan bahwa masalah yang terkait dirinya yakni aturan kerja yang tidak berubah dalam 50 tahun terakhir. Sebuah studi University of Wisconsin baru-baru ini menunjukkan bahwa pegawai wanita resign dalam waktu lima tahun karena kurangnya kemajuan dalam pekerjaan atau tak seimbang pekerjaannya.
Ini adalah masalah untuk seluruh industri penerbangan. Sementara itu, industri lain telah mengadaptasi aturan kerjanya untuk mengakomodasi keluarga modern.
Bahkan, menurut penelitian, wanita yang keluar dari pekerjaan di dunia penerbangan biasanya akan terus bekerja setelahnya. Itu menunjukkan bahwa banyak yang bisa dilakukan untuk mempertahankan para pekerja wanita.
Salah satu ketidaksetaraan gender dalam pekerjaan ini adalah uang. Karena, biaya pelatihannya dapat mencapai USD 150.000 atau Rp 2,1 miliar di AS.
Kapten Alaska Airlines, Kimberly Ford, yang mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang pilot militer, mengatakan bahwa persiapan atau pengenalan sejak kecil adalah hal penting bagi wanita dan minoritas lainnya dalam karier penerbangan. Begitu pentingnya mentor juga dibenarkan oleh Shanita Polk, seorang First Officer dari Republic Airways.
Lingkungan Polk telah berubah secara dramatis sejak masih sekolah. Organisasi kedirgantaraan bagi orang hitam atau latin merekrut siswa agar berhasil dalam pekerjaan itu dan rela mengeluarkan jutaan dolar dalam program beasiswa atau pun pendampingan.
Tanpa mereka, tidak akan ada ekspansi maskapai yang mampu menerbangkan ribuan pesawat. Faktanya, industri pemeliharaan pesawat membutuhkan itu dan terus meningkat jumlahnya.
![]() |
Wanita dalam manajemen maskapai
Perempuan juga memasuki perannya di posisi manajemen. Pilot kepala Republic Airways adalah seorang wanita.
Kepala sistem pilot di United Airlines adalah seorang wanita dan melaporkan bahwa jumlah pilot wanita sekitar 7%. Delta melaporkan 7,4% pilot baru dalam empat tahun terakhir adalah wanita.
Semua maskapai telah berjanji untuk memperbaiki ketidakseimbangan gender di semua bidang, mulai dari manajemen hingga ke ruang pemeliharaan. Lalu, dari JetBlue dan American Airlines juga telah menciptakan akademi penerbangan dan memberikan beasiswa.
BACA JUGA: Cerita Pilot Nyeker di Maldives |
Maskapai dan produsen pesawat terbang cepat tanggap dalam tantangan kesetaraan gender dan ras. Ada di antaranya yang menciptakan program 'Kembali ke Penerbangan' dari Boeing untuk merekrut mantan karyawan yang resign karena membesarkan anak-anaknya.
Lainnya, ada yang meluncurkan program keterampilan ulang agar bisa mengoperasikan sistem terbaru saat ini. Boeing memperkirakan kebutuhan pilot penerbangan komersil sebanyak 804.000 dan 769.000 pekerja pendukung pada tahun 2036 dan sangat mungkin dari jumlah itu adalah perempuan.
Halaman 2 dari 3
Komentar Terbanyak
Potret Sri Mulyani Healing di Kota Lama Usai Tak Jadi Menkeu
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Perjuangan Palestina Merdeka: 157 Negara Mendukung, 10 Menolak, 12 Abstain