Raja Ampat kembali di sorot karena kandasnya sebuah kapal pesiar. Kapal yang bernama Aqua Blu tersebut kandas di Perairan Wayag, Raja Ampat.
Aqua Blu sendiri adalah kapal pesiar mewah yeng menawarkan rute ke timur Indonesia. Wilayah yang menjadi rute seperti Taman Nasional Komodo, Spice Island dan Raja Ampat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu, kapal masuk ke laguna Wayag jam 14.50 WIT. Kapal tersebut kandas di depan Puncak Wayag, pukul 15.05 WIT. Puncak Wayag itu jalur trekking," cerita Tinus.
Tinus mendapat berita bahwa kapal pesiar kandas dari seorang teman yang sedang membawa tamu. Mereka sedang berada di speedboat sehabis treking ke puncak lain.
Mendapat kabar tersebut, Tinus segera mendatangi Aqua Blu. Tepat pukul 15.15, Tinus berada di atas kapal.
"Saya naik ke kapal dan minta surat-suratnya. Mereka mau kasih fotokopiannya. Saya tidak mau, saya mau yang asli. Kami (warga Raja Ampat) tak ingin kejadian seperti di Pulau Kri terjadi lagi," lanjut Tinus.
Saat itu yang memegang kendali adalah orang Indonesia. Tinus berkata bahwa orang itu bukan kapten dari kapal. Namun ia mendapat perintah dari kapten untuk berlayar ke perairan tersebut. Kapten dan kru lainnya adalah orang asing, hanya ada satu orang Indonesia saja.
"Mereka bertanya siapa saya, saya menjelaskan jabatan saya sekaligus wakil dari masyarakat Wayag. Saya diminta untuk menghubungi Ibu Yani, pengurus kapal. Mereka minta agar kapal keluar terlebih dahulu," terang Tinus.
Diskusi berlangsung cukup alot. Tinus ingin agar kapal tidak keluar dari perairan sampai ada pertanggung jawaban yang jelas. Namun kapten kapal meminta agar kasus ini diselesaikan dengan perusahaan kapal, Ibu Yani.
"Saya bertanya kenapa ini kapal bisa kandas di sini, apa tidak terlihat di alat GPS? Lalu mereka menjawab kalau mereka mengikuti sebuah kapal yang ukurannya lebih kecil dan terjepit di reap atau batuan besar," cerita Tinus.
Tinus melanjutkan bahwa batuan besar tidak terdeteksi di radar mereka. Bagian depan kapal menabrak area batuan dengan kedalaman kurang dari 10 meter.
"Jam 18.00 WIT, air masih surut. Pukul 22.00 WIT air mulai pasang, tapi kapal tak juga bisa bergerak. Di sini kami percaya dengan adat nenek moyang, saya mencoba berkomunikasi dengan nenek moyang dalam bahasa daerah. Kemudian kapal baru bisa bergerak," tutur Tinus.
Kapten kapal meminta Tinus untuk ikut ke Pulau Bantanta. Tinus menolak karena ia masih harus berkoordinasi dengan pos di Wayag.
"Akhirnya mereka pergi ke Bantanta, sementara sampai sekarang saya belum dihubungi oleh Ibu Yani. Menurut kabar dari teman-teman juga, kapal ini sekarang sudah ada di Sorong," Ungkap Tinus.
Tinus hanya ingin pihak perusahaan kapal untuk berdiskusi tentang kerusakan ini. Karena kapal kandas di kawasan konservasi perairan Nasional (KKPN).
"Kami hanya ingin ini diselesaikan secara adat. Kami minta untuk berdiskusi dengan perusahaan kapal dan meminta denda sebagai ganti rugi dari tanah adat. Saya akan tunggu sampai hari Minggu," jelas Tinus.
Sementara kapal pergi, belum ada instanti kelautan daerah yang datang untuk mengecek lokasi kandasnya kapal. Tinus tak bisa memberikan informasi seberapa parah kerusakan yang ditimbulkan oleh Aqua Blu. "Kerusakan yang ditimbulkan harus diperiksa ke dalam. Kami tak bisa menyebutkan seberapa parah yang rusak," tutup Tinus.
(bnl/krs)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol