Duta Besar China: Virus Corona Seperti Holocaust

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Duta Besar China: Virus Corona Seperti Holocaust

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Selasa, 04 Feb 2020 19:10 WIB
WUHAN, CHINA - FEBRUARY 03:  (CHINA OUT) A person wears a protective mask as he walks down an empty street on February 3, 2020 in Wuhan, Hubei province, China. The number of those who have died from the Wuhan coronavirus, known as 2019-nCoV, in China climbed to 361 and cases have been reported in other countries including the United States, Canada, Australia, Japan, South Korea, India, the United Kingdom, Germany, France, and several others.  (Photo by Getty Images)
Ilustrasi Kota Wuhan, China yang amat sepi (Foto: Getty Images)
Jakarta -

Wabah virus corona membuat China terpukul bertubi-tubi. Bahkan, salah satu duta besar Negeri Bambu menyebutnya seakan sebagai tragedi holocaust.

Korban meninggal dunia akibat virus corona terus bertambah. Kini, tercatat muncul kasus corona 20.589 secara global dan korban meninggal 426 orang.

China pun ditutup dari dunia luar. Warga negara China yang berada di China dilarang meninggalkan negara itu. Di sisi lain, pelancong dari negara lain dilarang memasuki China juga bermunculan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir Shanghaiist, Selasa (4/2/2020), Duta Besar China untuk Israel, Dai Yuming, menyebut situasi itu membuat China terguncang. Ia membandingkan larangan perjalanan karena virus corona seperti tragedi holocaust.

"Ini mengingatkan pada Perang Dunia II, holocaust, hari-hari paling gelap dalam sejarah manusia," kata Dai Yuming pada konferensi pers di hari Minggu, menyusul keputusan negara itu untuk menolak traveler dari China.

ADVERTISEMENT

"Jutaan orang Yahudi dibunuh dan banyak yang dilarang memasuki suatu negara. Hanya sangat, sangat sedikit negara yang membuka pintu, salah satunya adalah China," dia menambahkan.

Bahkan, kata Dai, di masa-masa kelam dalam sejarah, China tidak menutup pintu gerbangnya bagi orang-orang Yahudi. Ia berharap Israel tidak akan menutup pintu gerbangnya kepada orang China.

Ya, sekitar 18.000 orang Yahudi dari Eropa berimigrasi ke Shanghai pada tahun 1930-an dan awal 1940-an. Tapi, pada saat itu, pemerintah China tidak mengatakan bahwa Shanghai sedang dalam perjanjian dan pelabuhannya dikendalikan oleh kekuatan asing.

Orang Yahudi tidak perlu visa untuk masuk di kawasan yang ditempati oleh Jepang. Selain ketidakakuratan historis, Kedubes China kemudian meminta maaf atas perbandingan tersebut, yang terjadi sekitar seminggu setelah peringatan 75 tahun pembebasan Auschwitz.

"Tidak ada niat apa pun untuk membandingkan hari-hari gelap Holocaust dengan situasi saat ini dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Israel untuk melindungi warganya," jelasnya.

Upaya-upaya yang dimaksud yakni menghentikan penerbangan langsung antara China dan Israel, serta melarang warga non-Israel yang telah mengunjungi China dalam dua minggu terakhir untuk memasuki negara itu.

Warga Israel yang kembali dari China telah diperintahkan untuk melakukan karantina sendiri di rumah selama dua minggu. Israel adalah salah satu dari banyak negara yang memberlakukan batasan terkait virus corona, selain Rusia, Amerika Serikat, dan Australia juga Indonesia.




(msl/fem)

Hide Ads