Corona Usai, Staycation Diprediksi Jadi Primadona

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Corona Usai, Staycation Diprediksi Jadi Primadona

Femi Diah - detikTravel
Senin, 20 Apr 2020 14:19 WIB
Staycation
Ilustrasi staycation (Edi Wahyono)
Jakarta -

Munculnya wabah virus Corona diprediksi mengubah perilaku wisatawan. Staycation diprediksi menjadi pilihan utama pelancong tepat setelah pandemi usai.

Prediksi itu diungkapkan oleh Executive Director MarkPlus Tourism Mochamad Nalendra. Nalendra merujuk beberapa tahapan perilaku pelancong setelah COVID-19 berakhir.

Tahapan pertama atau disebut A (new formal) muncul ketika penambahan kasus virus Corona baru berkurang karena sistem mitigasi sudah berjalan efektif di banyak negara walaupun vaksin belum ditemukan. Ini menyebabkan turis tetap merasa berisiko melancong sehingga perjalanan domestik menjadi primadona, bahkan diyakini traveling dalam kota alias staycation yang dipilih pelancong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nalendra merujuk data dari perusahaan booking engine, Sojern, pada Maret 2019 dan 2020. Pada Maret tahun ini, warga Singapura mencari referensi hotel untuk staycation dengan jumlah dua kali lipat dibanding 2019.

"Dan yang akan mengambil risiko untuk berwisata di fase ini adalah generasi Y dan Z. Mereka lebih berani ambil risiko dibanding generasi X dan baby boomers," kata Nalendra.

Yang kedua, skenario B (early euphoria) terjadi ketika jumlah kasus baru relatif tinggi dan di saat bersamaan vaksin COVID-19 ditemukan. Situasi itu diprediksi memicu pemesanan hotel dan paket wisata meningkat tajam.

ADVERTISEMENT

Setelah itu, ada fase terakhir yaitu skenario C atau post normal. Ini periode setelah vaksin ditemukan dan berhasil menekan jumlah kasus baru.

Perilaku wisatawan diyakini perlahan akan kembali seperti semula, namun di satu sisi pelancong akan semakin peduli terhadap dampak negatif yang dihasilkan dalam sebuah perjalanan seperti emisi karbon.

Periode ini akan memunculkan fenomena microcation (perjalanan pendek) dan slow tourism (mengunjungi sedikit destinasi namun lebih dalam pengalaman) akan semakin populer.

Selain itu, segmen upper dan luxury market dipercaya sebagai segmen yang cepat rebound karena relatif memiliki pendapatan tinggi dibanding segmen lain yang terimbas krisis ekonomi akibat COVID-19.

Di periode ini, family dan baby boomers kelas atas akan mulai melakukan perjalanan luar negeri dalam memperhatikan destinasi berkualitas.

"Faktor keselamatan dan keamanan, sistem mitigasi, dan keberlangsungan sebuah destinasi wisata akan menjadi pertimbangan baru dalam berwisata. Inilah quality tourism," ujar Nalendra.




(fem/bnl)

Hide Ads