TRAVEL NEWS
Karena Wabah Corona, Ramadhan Tahun Ini Tak Lagi Sama

Bulan Ramadhan tak lama lagi menghampiri umat Islam. Tapi, di periode silaturahmi dan sholat berjamaah begitu dianjurkan, seperti yang lain, umat Islam harus menjalani jaga jarak kali ini karena virus Corona.
Wabah virus Corona memaksa tempat ibadah tutup, termasuk masjid. Salat berjamaah yang lebih utama, kini dilarang. Kesehatan dan keselamatan menjadi alasannya. Bukan cuma di Indonesia, namun di seluruh dunia larangan itu berlaku.
Wabah Corona itu belum juga reda menjelang bulan Ramadhan. Tahun ini, Ramadhan dimulai Jumat (24/4/2020) atau empat hari lagi.
Di Aljir, Aljazair, Yamine Hermache, 67 tahun, biasanya menjamu kerabat dan tetangga di rumahnya dengan minum teh dan minuman saat berbuka di bulan Ramadhan. Tapi, tahun ini, tradisi itu berpotensi besar tak bisa dilakukan.
"Kami mungkin tidak mengunjungi mereka, dan mereka tidak akan datang," katanya sembari meneteskan air mata, seperti dikutip Reuters, Senin (20/4/2020).
"Virus Corona membuat semua orang takut, bahkan terhadap tamu-tamu terhormat," dia menambahkan.
Suaminya, Mohamed Djemoudi, 73 tahun, memiliki kekhawatiran lain. Dia akan kehilangan salat Tarawih yang biasanya dilaksanakan berjamaah di masjid selama Ramadan.
"Aku tidak bisa membayangkan Ramadan tanpa Tarawih," kata Djemoudi.
Bayangan Ramadhan tak lagi sama juga muncul di Kairo. Saat ini, mendekati Ramadhan, kios-kios di area masjid masih sepi pengunjung padahal di tahun-tahun sebelumnya boleh dibilang periode menjelang Ramadhan merupakan masa panen pedagang.
"Orang tidak ingin mengunjungi toko, mereka takut penyakit. Ini tahun terburuk yang pernah ada, "kata Samir El-Khatib, yang mengelola sebuah kios di masjid bersejarah al-Sayeda Zainab.
"Dibandingkan dengan tahun lalu, kami bahkan belum menjual seperempat," dia menambahkan.
Bahkan, atmosfer Ramadhan dengan pedagang jalanan di ibu kota Mesir itu sama sekai tak tampak. Biasanya muncul pasar tumpah di jalanan dengan pedagang menata meja di pinggir jalan dan mengisinya dengan tumpukan kurma dan aprikot, buah-buahan manis untuk berbuka puasa, dan membangun lentera tradisional yang dikenal sebagai "fawanees".
Tapi, diterapkannya jam malam dan melarang sholat bersama dan kegiatan lainnya membuat aktivitas itu tak ada tahun ini.
"Tahun ini tidak ada suasana Ramadhan sama sekali," kata Nasser Salah Abdelkader, 59 tahun, seorang manajer di pasar saham Mesir.
"Aku biasanya datang ke pasar, dan sejak awal orang biasanya bermain musik, duduk-duduk, hampir tinggal di jalanan," ujar dia.