Mengutip BBC Indonesia, fenomena ini dipengaruhi aliran massa udara dingin dan kering dari Australia yang dikenal dengan aliran monsun dingin. Hal itu dijabarkan oleh Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R. Prabowo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wilayah yang akan terekspos monsun Australia, katanya, adalah bagian selatan Indonesia, seperti Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali.
"Kondisi udara yang relatif lebih dingin, terutama pada malam hari dapat dirasakan lebih signifikan di wilayah dataran tinggi atau pegunungan," ujarnya.
Mulyono mengatakan fenomena ini normal dan rutin terjadi di musim kemarau. Saat kemarau, ujarnya, udara sangat sedikit tertutup oleh awan dan saat siang permukaan tanah mendapat radiasi panas yang cukup banyak.
Akibatnya, di siang hari, suhu dapat menjadi sangat panas. "Namun saat malam hari, bumi bergantian melepaskan panas (ke atmosfer). Kondisi demikian menyebabkan suhu di permukaan menjadi turun," ujar Mulyono.
Dihimpun dari berbagai penelitian, embun upas atau embun es ini merugikan petani kentang di berbagai daerah dataran tinggi. Namun, keberadaanya dinantikan wisatawan.
Embun upas atau embun es membuat tanaman kentang mati. Namun, efek dari fenomena ini adalah tanah pertanian menjadi semakin subur.
Mengutip Antara, biasanya, petani akan memasang pelindung tanaman kentang saat memasuki puncak musim kemarau. Bulan Juli-September diprediksi munculnya embun upas yang tebal.
Di Dieng, embun upas biasa ditemui di kawasan Candi Arjuno dan bila di Bromo, kamu bisa melihatnya di Pasir Berbisik, bila beruntung. Pastikan selalu memakai pakaian tebal ya!
Simak Video "Penampakan Embun Es Selimuti Komplek Candi Arjuna Dieng"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!