Buka di Bulan Juli, Machu Picchu Pangkas Jumlah Pengunjung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Buka di Bulan Juli, Machu Picchu Pangkas Jumlah Pengunjung

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 17 Jun 2020 14:12 WIB
Destinasi Dunia
Machu Picchu. Foto: (CNN Travel)
Lima -

Machu Picchu di Peru membatasi jumlah pengunjung saat dibuka kembali mulai Juli 2020. Itu sebagai upaya menjalankan aturan jaga jarak sosial untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Dikutip dari AFP, Rabu (17/6/2020), Machu Picchu hanya akan menerima maksimal 675 pengunjung setiap harinya. Menurut Gubernur Provinsi Cusco, Jean Paul Benavente, jumlah ini setara dengan seperempat pengunjung dalam kondisi normal yang mencapai 2.000-3.000 orang per hari atau puncaknya 5.000 orang per hari saat musim liburan.

Setiap pemandu wisata juga hanya diperkenankan memimpin tur bagi tujuh pengunjung. Mereka wajib mengenakan masker saat tur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, pemerintah telah mengumumkan bahwa tiket masuk situs Inca itu akan digratiskan bagi penduduk lokal yang bekerja di sektor publik, anak, anak, dan pensiunan. Biasanya, orang Peru wajib membayar tiket seharga USD 30 atau sekitar Rp 446 ribu.

Pembukaan kembali Machu Picchu itu dilakukan untuk mendorong geliat pariwisata di Peru. Sebab, negara itu bertumpu pada sektor pariwisata sebagai salah satu pemasukan utamanya.

ADVERTISEMENT

Selain membuka kembali destinasi wisata, pemerintah Peru juga memberikan insentif sebesar USD 5,8 juta atau sekitar Rp 86,2 miliar untuk Machu Picchu dan taman nasional di Peru sebesar USD 2,9 juta atau sekitar Rp 43,1 miliar. Di Machu Picchu, pemerintah juga meningkatkan keamanan untuk mengawasi situs warisan UNESCO tersebut.

Selama pandemi ini industri pariwisata Peru mengalami kerugian telah kehilangan USD 3,3 miliar atau hampir Rp 47 triliun. Dampak terberat dihadapi Machu Picchu yang mempekerjakan 100 ribu pegawai.

Wisata tak berkutik karena bandara dan pertokoan di Peru masih ditutup. Jumlah kasus COVID-19 di sana memang masih tinggi, yaitu mencapai 225.000 kasus dengan 6.500 di antaranya meninggal dunia.




(pin/fem)

Hide Ads