Koneksi Internet Lemot Musuh Utama Tur Wisata Virtual

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Koneksi Internet Lemot Musuh Utama Tur Wisata Virtual

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 20 Jun 2020 14:10 WIB
Tur virtual ke Natuna.
Tur virtual ke Natuna (Johanes Randy/detikcom)
Jakarta -

Tur virtual menjadi alternatif berwisata di saat pelancong diminta untuk di rumah saja karena wabah virus Corona. Tapi, kerap kali jaringan internet tak mendukung, juga persoalan SDM.

Salah satu pramuwisata Wisata Jakarta Kreatif Ira Latief gugup saat tak bisa menunjukkan foto dan lokasi sejumlah kedai ice cream legendaris di Jakarta beberapa waktu lalu. Dia makin tak berdaya kala listrik di rumahnya tiba-tiba mati.

Untungnya, dia cepat tanggap dengan situasi itu. Untungnya pula, listrik segera nyambung lagi.

"Maaf ya, biasanya saya bikin tur virtual dengan ke warnet. Tapi, karena hari ini warnetnya tutup jadi mau enggak mau di rumah dan ternyata internetnya payah banget," kata Ira yang membuka tur virtual dari kediamannya di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Curhatan senada diungkapkan oleh Gita, dari Kampung Arborek, Waisai, Papua Barat. Gita pernah mencoba membaut tur virtual, namun usahanya digagalkan koneksi internet.

"Pengalaman terakhir kami, waktu membuat virtual tour di Kampung Arborek, banyak sekali pihak yang ingin berpartisipasi tapi kami di kampung juga cukup deg-degan karena paginya tempat akses internet mati. Jadi sebagai backup, sebelum virtual tour kami sudah mengirimkan video terlebih dahulu," kata Gita.

Situasi itu juga ditemukan oleh CEO Atourin, Benarivo Triadi Putra. Utamanya, saat Atourin membuka pelatihan untuk pemandu wisata dari berbagai wilayah di Indonesia.

"Kebetulan yang ikut pelatihan dari Indonesia barat hingga timur, sinyal susah, sering terputus, padahal untuk membuat tur virtual itu internet harus stabil banget. Ini bahkan baru pelatihan sering ada masalah," kata Rivo, sapaan karib Benarivo Tradi Putra.

Kemampuan SDM

Selain masalah internet, kemampuan pemandu wisata untuk tanggap terhadap materi pelatihan juga menjadi kendala tersendiri saat pelatihan.

Merujuk pelatihan tur virtual yang dibuka Atourin untuk 300 pemandu wisata, hanya 70-80 pramuwisata yang akhirnya membuka tur virtual.

"Kecepatan tanggap terhadap penggunaan internet ini juga membutuhkan waktu. Sebab, secara tiba-tiba mereka harus menguasai beberapa aplikasi dalam satu waktu dan nantinya digunakan secara berbarengan," ujar Rivo.

Makanya, Atourin tidak cuma membuka pelatihan, namun melanjutkannya dengan pendampingan terhadap pemandu yang berniat untuk membuka tur virtual.

"Semoga internet semakin merata agar wisata virtual dari Sabang hingga Merauke juga bisa dilakukan," ujar dia.




(fem/fem)

Hide Ads