Seolah tak ingin membiarkan industri pariwisata kian terpuruk, Malaysia ingin gandeng Indonesia dalam upaya revitalisasi pariwisata kedua negara yang terdampak COVID-19.
Dikutip dari Antara, Minggu (21/6/2020), salah satu upaya yang akan dilakukan adalah membangun travel bubble atau koridor perjalanan wisata bersama.
Malaysia merupakan salah satu negara penyumbang wisatawan terbesar bagi Indonesia. Sebagai negara tetangga terdekat, sebanyak 2,09 juta wisatawan Malaysia melancong ke Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia dan Malaysia memiliki sejarah yang panjang dalam kerja sama di berbagai sektor, terutama pariwisata. Sehingga sangat penting bagi kami untuk bersama-sama meningkatkan kerja sama dalam upaya bersama bangkit dari COVID-19," kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Nia Niscaya dalam Talkshow Network Industry Travel hari Jumat (19/6/2020) lalu.
Di sisi lain, Malaysia juga bergantung pada kedatangan wisatawan asal Indonesia. Menurut data kunjungan pariwisata, Negeri Jiran kedatangan 3,6 juta wisatawan Indonesia pada 2019.
Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Malaysia Datuk Seri Nancy Shukri juga menyatakan bahwa baik Malaysia maupun Indonesia akan bekerja sama dengan negara lain di kawasan ASEAN. Tak sampai di situ, ambisi Malaysia memperbaiki pariwisata juga ditunjukkan dengan upayanya menggandeng negara anggota APEC, UNWTO, Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA).
"Saat ini, kami sedang memformulasikan SOP bagi ASEAN untuk memfasilitasi wisatawan tanpa mengabaikan aspek penting dari kesehatan dan keselamatan, wisatawan dan pekerja pariwisata," kata Nancy sebagaimana diwartakan The Edge Market.
Lebih lanjut Nancy mengatakan, ketika situasi sudah aman untuk perjalanan internasional, kedua negara akan bekerja sama untuk memfasilitasi pergerakan wisatawan di titik masuk masing-masing.
"Namun demikian, mari kita semua fokus memerangi pandemi ini dan berharap situasinya akan membaik sehingga kita dapat membuka perbatasan kita dalam waktu dekat," katanya.
Hal senada juga disampaikan Nia yang menginginkan pandemi ini terkendali terlebih dahulu sebelum melaksanakan koridor perjalanan wisata bersama.
"Kita harus dapat memastikan penanganan COVID-19 di masing-masing negara telah teratasi dengan baik. Hal ini penting untuk dapat menimbulkan rasa kepercayaan wisatawan dari masing-masing negara fokus pasarnya. Trust is the new currency dalam masa kenormalan baru," pungkas Nia.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol