Whang-Od Oggay menjadi vital di Twitter. Perempuan berusia lebih dari 100 tahun itu seorang penjaga tato tradisional Filipina dari kepunahan.
Sosok Wang-Od muncul dan menjadi viral di Twitter setelah fotonya diunggah oleh @sarvanieloheimo pada 5 Juli. Kicauan itu mendapatkan 93,5 ribu retweet dan 556,7 ribu like.
Tak seidkit warganet yang mengunggah pengalaman berjumpa dengan Wang-Od atau memuji penampilan Wang-Od yang tak tampak berusia lebih dari seabad.
Wang-Od memang sudah tak muda lagi. Kini, usianya 103 tahun. Sudah 80 tahun dia menekuni profesi sebagai mambabatok, artis tato tradisional dari Suku Kalinga di Provinsi Kalinga, Filipina.
Whang-od Oggay, the 103 year old Filipino tattoo artist π€ pic.twitter.com/F7zPRfxllu
β sarvani (@sarvanieloheimo) July 4, 2020
Dialah mambabatok terakhir. Ya, hanya Wang-Od yang bisa membuat tato tradisional Filipina dengan metode ketukan tangan cuma dengan arang dan duri.
Ketika tradisi muncul kali pertama, tato hanya diberikan kepada pejuang Butbut asli sebagai pertanda dia telah menewaskan lawan dalam pertempuran. Tapi, saat ini, tato bisa dilakukan siapa saja tanpa ada syarat khusus. Dan, setiap tahun wisatawan membanjiri wilayah ini untuk mencoba dan mendapatkan salah satu tato Whang-Od yang terkenal dan unik.
Wang-Od membuat tato itu dengan mengetuk kulit orang yang ingin ditato dengan menggunakan palu dari pohon kopi dan duri dari kalamansi atau pomelo, dari jenis jeruk. Desainnya macam-macam, dari pola kulit ular, lipan, tangga dan angka, atau desain lain. Tato yag dibuat Wang-Od itu bakal bertahan selamanya.
Whang-Od juga memiliki tato, yang ada di lengan. Kabarnya, dia menghabiskan waktu seharian untuk membuat tato itu. Saat tato berhasil dibuat, ayahnya sampai membuat pesta dengan menyembelih seekor babi.
Wang-Od mendapatkan kemampuan menato itu tak sembarangan. Kemampuannya itu diwariskan oleh ayahnya.
Nah, ada kepercayaan kemampuan membuat tato tardisional itu cuma bisa diwariskan kepada orang yang memiliki garis keturunan. Andi tato dilakukan oleh orang di luar suku itu maka tato akan menimbulkan celaka bagi yang ditato, dengan menjadi infeksi.
Masalahnya, Wang-Od hidup melajang sejak kehilangan kekasihnya di masa pendudukan Jepang. Dia tak memiliki anak. Makanya, tradisi itu bakal berakhir di tangan Wang-Od.
Wang-On pernah bilang dia berharap sekali tradisi tato itu tak punah.
"Ayahku juga seorang mambabatok. Aku tak ingin tradisi itu punah," kata Wang-Od saat ultah ke-101.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!