Dikunci Lagi 6 Minggu, Pengelola Hotel di Melbourne Menjerit

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dikunci Lagi 6 Minggu, Pengelola Hotel di Melbourne Menjerit

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Sabtu, 11 Jul 2020 16:14 WIB
Sekitar lima juta orang di Melbourne, Australia mulai menjalani masa lockdown untuk mengendalikan virus Corona pada Kamis (9/7/2020).
Ilustrasi Melbourne (Getty Images)
Melbourne -

Pasca meningkatnya kembali kasus COVID-19 di Melbourne, kota di negara bagian Victoria itu kembali ditutup untuk 6 minggu mendatang, Pelaku hotel pun menjerit.

Dilansir detikcom dari ABC, Jumat (10/7/2020), kabar lockdown itu pun membuat khawatir pelaku wisata di negara bagian Victoria. Masalahnya, kebijakan lockdown itu turut memaksa para pelaku wisata untuk ikut menutup diri sementara waktu.

Salah satu pihak yang menjerit akibat kebijakan itu adalah para pengelola hotel. Yayasan akomodasi setempat pun menyatakan, lockdown tersebut bisa membuat hilangnya potensi uang sebesar USD 350 juta atau setara dengan 5 triliun rupiah!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya dirasakan oleh Balgownie Estate di Bendigo, yang disebut telah mendapat pembatalan dari turis di Melbourne setelah kebijakan lockdown itu bergulir. Tak sampai situ, perkebunan anggur dan hotel yang berjarak 150 Km dari Melbourne juga sepenuhnya bergantung pada turis dari ibu kota negara bagian tersebut.

"Akomodasi yang menjadi bagian dari bisnis kami sekitar 90% tamunya adalah turis dari Melbourne," ujar manager hotel tersebut, Juan Corradi.

ADVERTISEMENT

Dengan ditutupnya juga perbatasan New South Wales dan Australia Selatan, lockdown di Melbourne berarti hilangnya kemampuan untuk mencetak laba oleh para pelaku wisata di negara bagian Victoria.

Kesedihan pun turut dirasakan oleh pengelola Hotel Daylesford, Anne-Marie Banting. Melihat kondisi yang kian terjepit, mereka lebih memilih untuk menghibur diri.

"Rekan bisnisku dan aku saling bergantian menangis. Satu hari salah satu dari kami menangis, keesokan harinya yang lain yang menangis," ujar Anne.

Setelah kembali buka pekan lalu, mereka harus menghadapi kenyataan pahit bahwa usahanya harus kembali ditutup berbarengan dengan penutupan Melbourne.

"Kami kehilangan pasar terbesar kami. Bisa jadi kami akan menutup kembali hotel kami dan berhibernasi," tutup mereka.




(rdy/rdy)

Hide Ads