Sebuah momen langka terjadi di Pusat Suaka Satwa Elang Jawa, Loji-Bogor. Sepasang burung langka-dilindungi yakni Elang Jawa menetaskan telur di pusat suaka yang berada di bawah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Jenis Elang Jawa sendiri diketahui jarang sekali bereproduksi bahkan bertelur, dalam dua tahun burung jenis predator itu hanya satu kali itu pun hanya di alam liat. Kalaupun telur itu menetas, sangat jarang sekali burung tersebut merawat anaknya.
"Terjadi kelahiran merupakan sejarah, karena elang jawa ini sangat sulit untuk bereproduksi itu yang pertama dan kedua dia menetas di konsep semi wild. Karena kita tau dia pasti menetasnya di habitat alam jarang terjadi di eksitu (usaha pelestarian alam yang dilakukan di luar habitat aslinya) jarang terjadi di kebun binatang, atau lokasi semacamnya dan ini merupakan kehamilan alami," kata Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Ditjen KSDAE, di Sukabumi, Kamis (16/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uniknya lagi dijelaskan Indra, burung jenis elang ketika memang seleksi alam biasanya lahir alami proses natural ketika lahir belum tentu induknya mau merawat. Proses mulai pasangan elang itu bereproduksi hingga bertelur dan menetas terpantau CCTV di pusat suaka.
![]() |
"Artinya di semi wild kita belajar bagaimana elang itu berproses secara alami untuk berkembang biak. Hal ini tentunya disambut suka cita, bahkan berita gembira ini telah disampaikan ke bu menteri dan beliau sudah memberi izin untuk merilis beritanya," ucap Indra.
Anakan Elang Jawa tersebut lahir dari pasangan Rama (Jantan) dan Dygta (Betina) di kandang rehabilitasi. Keduanya merupakan serahan dari Balai Besar KSDA Provinsi Jawa Timur.
"Sepasang Elang Jawa itu serahan dari rekan kami di BB KSDA Jawa Timur, pada bulan Oktober 2018 silam. Hampir kurang lebih selama 2 tahun. Keduanya sempat kita pisahkan dulu untuk melihat perilakunya namun kita gabungkan lagi," kata Ahmad Munawir, Kepala Balai TNGHS, di lokasi yang sama.
Ia membenarkan konsep tempat rehabilitasi di seting semi wild, bahkan dipasang pohon dan terpantau CCTV selama 24 jam. Di luar dugaan dua ekor Elang Jawa itu kemudian kawin dan tidak lama bertelur. "Sekitar bulan Mei kota menemukan telur di lantai kandang. Ini menarik pembelajaran buat kita dan menjadi banyak bahan buat penelitian kita untuk pengembangan dan konservasi elang jawa khususnya ke depan. Dari sini kita pantau terus bagaimana dia mengerami secara alami gantian antara jantan dan betina banyak pembelajaran kita lihat di situ," ungkap Ahmad.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!