Wisata Alam dan Sunrise Punthuk Setumbu telah dibuka kembali. Ada berbagai protokol kesehatan yang diterapkan untuk pengunjung yang datang.
Untuk mencapai Punthuk Setumbu sangatlah mudah, dari kawasan Candi Borobudur, ada papan petunjuk hingga sampai di lokasi. Punthuk Setumbu tepatnya berada di Dusun Kurahan, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur.
Wisata Alam dan Sunrise Punthuk Setumbu dibuka kembali pada Senin (27/7) setelah mendapat izin dari Bupati Magelang, Zainal Arifin. Sebelumnya wisata ini ditutup pada 16 Maret karena pandemi virus Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tiket masuk menuju Punthuk Setumbu dibanderol dengan harga Rp 20.000 untuk wisatawan nusantara, sedangkan wisatawan mancanegara dikenakan Rp 50.000. Kemudian, tarif parkir sepeda motor Rp 3.000 dan mobil Rp 10.000.
Pengelola Wisata Alam dan Sunrise Punthuk Setumbu, Nuryazid mengatakan, Punthuk Setumbu dibuka kembali semenjak, Senin (27/7). Pengunjung semenjak dibuka kembali ini, kini mulai meningkat berdatangan. Kemudian pengunjung pada, Selasa (28/7), terdata pengunjung sunrise sebanyak 20-an dan pengunjung siang ada 60-an orang lebih.
"Punthuk Setumbu buka mulai tanggal 27 Juli 2020. Pengunjung dari awal sedikit-sedikit, ini mulai meningkat. Pengunjung pagi (sunrise) masih terbatas, kalau yang siang mulai berdatangan," katanya saat ditemui di Punthuk Setumbu, Rabu (29/7/2020).
Dalam suasana adaptasi kebiasaan baru ini, kata dia, untuk jam buka sama mulai pukul 04.00 sampai 17.00 WIB. Kemudian untuk pengunjung sunrise dibatasi sampai 75 orang.
"Kalau buka tetap jam 04.00 sampai 17.00 WIB. Pengunjung sunrise dibatasi 75 orang," kata Nuryazid yang juga Kepala Dusun Kurahan, itu.
![]() |
Selain pengunjung yang dibatasi, katanya, pengunjung wajib mengenakan masker, kemudian saat sampai di parkiran terus diminta cuci tangan dan dicek suhu tubuhnya.
"Pengunjung mulai masuk tetap standar prosedur penanganan COVID-19, harus pakai masker, cuci tangan, cek suhu dan jaga jarak," ujar dia seraya menyebut di lokasi melihat sunrise ada tanda-tanda jaga jarak, itu.
Pengunjung bisa melihat sunrise di antara Gunung Merapi dan Merbabu. Kemudian, melihat Candi Borobudur dari kejauhan. Selain itu, bisa selfie dengan latar belakang pegunungan Menoreh.
"Keistimewaan dari Punthuk Setumbu bisa melihat sunrise di antara Merapi dan Merbabu, musim Juni, Juli ini bisa di tengah itu. Melihat Candi Borobudur, kalau pas bagus juga bisa Borobudur di atas awan. Terus melihat pegunungan Menoreh untuk selfie-selfienya. Waktu berkunjung yang baik bulan Juni, Juli sama Februari dan September," tuturnya.
![]() |
Salah satu pengunjung Punthuk Setumbu Semarang, Talenta Ratna (22), warga Semarang, mengatakan Punthuk Setumbu merupakan tempat yang bagus dan pas untuk melihat sunrise serta Candi Borobudur.
"Punthuk Setumbu ini spot yang bagus, paling pas melihat sunrise dan sekaligus Borobudur juga. Terus udaranya sejuk, jadi tracking ke atas juga lumayan, jadi sekaligus sehat. Terus bisa melihat pemandangan yang bagus di era yang sering butuh olahraga kayak gini," ujarnya.
Menurutnya, Punthuk Setumbu telah menerapkan protokol kesehatan yang baik. Dimana sejak masuk pengunjung disuruh cuci tangan, kemudian dicek suhunya dan sebagainya.
"Menurut saya, Punthuk Setumbu ini sudah menerapkan protokol COVID-19 yang baik. Di awal sudah disuruh cek suhu, kemudian cuci tangan. Jadi disini, dari berbagai macam daerah dan di sini banyak orang. Soal itu sudah diterapkan protokol kesehatan buat sama-sama bersih dari pintu masuk sampai sini semuanya bersih," ujar Tata yang sudah dua kali ke Punthuk Setumbu, itu.
Pengunjung lainnya, Dina (22), warga Mertoyudan, Kabupaten Magelang mengaku, sudah dua kali menuju Punthuk Setumbu. Kemudian, saat dibuka kembali di era adaptasi kebiasaan baru, ini yang pertamanya.
"Sekarang ada bedanya, saat datang diminta cuci tangan harus sesuai protokol kesehatan," ujarnya.
(elk/elk)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan