Bali Sebaiknya Punya Kota Terlarang untuk Pertahankan Budaya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bali Sebaiknya Punya Kota Terlarang untuk Pertahankan Budaya

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 05 Agu 2020 19:45 WIB
Puri Ubud
Puri Ubud. (Foto: Masaul/detikTravel)
Jakarta -

Bicara mengenai pembangunan pariwisata Bali, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memiliki gagasan untuk mendirikan Forbidden City atau kota terlarang di Bali Selatan.

Tak hanya ingin mendorong percepatan pembangunan wisata di Bali Utara, Suharso juga ingin wisata di Bali Selatan lebih berkembang. Ia menyebut Ubud merupakan daerah yang penting dan potensial bagi wisata Bali.

"Ubud menurut saya adalah core dari Bali karena di Ubud mereka bisa mempertahankan budayanya," kata Suharso dalam Online Talkshow #Bali Bangkit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kekuatan Bali adalah cultural. Saya berharap cultural ini jangan dirusak dengan hal-hal yang sifatnya amenities yang dibangun secara artifisial yang dibangun oleh manusia. Tapi budaya itu yang tadinya menjadi core, itu harus dijaga," ia melanjutkan.

Untuk menjaga budaya sekaligus memanfaatkan potensi itu untuk wisata, Suharso mengungkapkan idenya untuk membangun sebuah tempat di Ubud yang dapat mengakomodir keduanya. Ia menyebut Forbidden City di China sebagai inspirasinya.

ADVERTISEMENT

"Malah saya punya ide bagaimana kalau sebagian dari Ubud, di Puri Ubud itu kita bikin semacam Forbidden City jadi walking distance," ujarnya.

Forbidden City atau Kota Terlarang sendiri istana peninggalan Dinasti Ming dan Dinasti Qing yang terletak di Beijing. Karena merupakan wilayah kerajaan, Forbidden City memiliki 9 zona termasuk alun-alun Tian An Men. Selain kemegahannya, berbagai peninggalan sejarah menjadi magnet wisatawan meskipun mereka harus berjalan kaki mengitari tempat seluas 720 meter persegi itu.

Suharso menjelaskan ide tersebut dengan angan-angan bahwa wisatawan dapat melihat pura dan pertunjukan tradisi Bali di sana. Tempat itu juga dapat menjadi ruang berkumpulnya seniman untuk memamerkan karyanya.

"Saya ingin satu destinasi yang sifatnya lebih khusus. Di sana bisa menjadi tempat pertukaran budaya internasional. Bisa bikin jazz festival akustik, baca puisi, pelukis kelas dunia melukis di depan," pungkasnya.




(pin/ddn)

Hide Ads