Gairah Pendakian Gunung Diprediksi Pulih 2 Tahun Lagi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gairah Pendakian Gunung Diprediksi Pulih 2 Tahun Lagi

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 07 Agu 2020 11:05 WIB
Sunrise di Puncak Gunung Kerinci
Ilustrasi pendaki gunung Foto: (Akbar Priyono/d'Traveler)
Jakarta -

Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Cecilia Vita Landra, memprediksi wisata petualang tak serta-merta pulih setelah jalur pendakian gunung dibuka lagi. Setidaknya butuh waktu dua tahun.

Wisata petualang untuk pendakian gunung mati suri sejak gunung-gunung ditutup sebagai salah satu langkah memutus penularan virus Corona pada Februari lalu. Laporan APGI menyebut potensi jumlah trip wisata pendakian gunung yang batal karena terdampak COVID-19 mencapai 9.405. Itu melibatkan 9.819 pendaki gunung.

Dari potensi jumlah pendaki dan trip itu, setidaknya wisata pendakian gunung diprediksi kehilangan omzet hingga Rp 290,5 miliar sepanjang tahun 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vita menyebut pembukaan jalur pendakian gunung memang menjadi angin segar bagi para pemandu. Data dari APGI menunjukkan ada 1.071 tenaga kerja dari 17 provinsi di bawah naungan mereka yang terdampak COVID-19. Berdasarkan survei kepada anggota, APGI memprediksi daya tahan ekonomi pemandu gunung Indonesia hanya dalam tempo tiga bulan.

"Kalau untuk pulih lagi mungkin dua tahun lagi karena sejatinya kami, para pelaku wisata pendakian gunung, sudah tidak beroperasi sejak kebakaran hutan Juli dan Agustus tahun lalu, bukan pada pandemi virus Corona saja," kata Vita.

ADVERTISEMENT

"Nah, Januari pendakian gunung sudah mulai buka lagi, namun kemudian Februari harus tutup lagi. Ini puasa yang panjang, sangat panjang," Vita menambahkan.

Apalagi, penerapan protokol kesehatan saat wabah virus Corona dalam pendakian gunung menuntut pendaki merogoh kocek lebih dalam. Sebagai gambaran jika biasanya satu bus bisa ditumpangi 30 pendaki, kini kuota yang disediakan cuma separuhnya. Itu masih ditambah peralatan dan perlengkapan kebersihan pribadi dan kelompok, serta face shield dan masker.

"Untuk bisa membiasakan dengan protokol kesehatan saat pendakian gunung kan pasti ada tambahan biaya. Itu akan menjadi proses adaptasi yang tidak pendek, butuh waktu panjang," ujar Vita.




(fem/ddn)

Hide Ads