Singapura yang Masih Galau Buka untuk Wisatawan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Singapura yang Masih Galau Buka untuk Wisatawan

Bonauli - detikTravel
Senin, 17 Agu 2020 22:16 WIB
Jewel di Changi Airport Singapore
Bandara Changi (Changi Airport Singapore)
Singapura -

Negeri Merlion, Singapura sedang galau akut. Kehilangan turis membuat ekonomi hancur tapi protokol kesehatan tetap harus nomor satu.

Singapura masih terseok-seok. Sebelum pandemi kebanggaan Singapura, Changi bisanya punya lebih dari 1.000 pergerakan pesawat. Namun kini hanya sekitar 150 pesawat saja.

Gambaran ini membuat Singapura mempertimbangkan kembali untuk membuka perbatasannya bagi wisatawan. Upaya ini jelas untuk menarik lebih banyak lalu lintas di bandaranya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karantina 14 hari adalah penghalang utama bagi pelancong dan negara mungkin harus mempertimbangkan untuk menggantinya dengan rezim pengujian yang ketat," ujar Ong Ye Kung, Menteri Transportasi Singapura.

Ong juga menambahkan bahwa pertimbangan kesehatan dan ekonomi tidaklah bertentangan. Singapura sedang berusaha untuk menemukan cara agar kembali menghidupkan hub bandara sekaligus menjaga keamanan Singapura.

ADVERTISEMENT

"Bandara negara hampir lumpuh, sementara industri pariwisata Singapura bergantung pada wisatawan internasional," ungkapnya.

Bandara Changi sendiri masih menutup 2 dari empat terminalnya. Sedangkan pembangunan terminal 5 dihentikan selama dua tahun karena Corona.

"Tantangan kami adalah memulihkan volume penumpang sekaligus menjaga penularan virus tetap terkendali," tambahnya.

Ong mengisyaratkan bahwa pengaturan perjalanan baru bisa menjadi cara untuk meningkatkan jumlah penumpang di bandara menjadi sekitar 40 persen dari tingkat sebelum Corona.

Singapura telah menandatangani perjanjian dengan China dan Malaysia untuk mengizinkan wisata MICE dan turis datang ke sana, begitu pula sebaliknya.

Tak hanya China dan Malaysia, Jepang pun sedang diupayakan pada awal September agar bisa masuk ke Singapura. "Untuk bertahan hidup, kami harus menjaga perbatasan kami tetap terbuka. Untuk berkembang, kita harus terhubung dengan dunia. Untuk makmur, kita harus menjadi pusat ekonomi global," ungkap Ong.

(bnl/ddn)

Hide Ads