Masyarakat di Messawa, Mamasa, Sulawesi Barat punya tradisi tahunan unik, yaitu Tradisi Mangaro. Lewat tradisi ini, jasad keluarga mereka dibersihkan dan dipindahkan makamnya.
Ratusan warga tumpah ruah hadiri puncak pelaksanaan Tradisi Mangaro, yang berlangsung di Desa Pasapa Mambu, Kecamatan Messawa, Kabupaten Mamasa, Jumat kemarin (21/8/2020).
Terlihat banyak warga, semuanya mengenakan pakaian berwarna hitam, berkumpul pada tempat sama, di depan bangunan permanen berukuran 4 x 6 meter, yang oleh warga dikenal dengan nama liang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Momen ini menjadi kesempatan bagi warga di daerah ini untuk melepas kerinduan terhadap keluarga yang telah mendahului.
"Artinya apa yang kami lakukan hari ini, adalah rasa kekeluargaan yang sangat erat terhadap keluarga yang telah meninggalkan," kata Ketua Panitia Kegiatan, Hendrik kepada wartawan.
![]() |
Di lantai tanah beralaskan terpal berwarna biru, terlihat jejeran puluhan jasad yang telah dibungkus (dibalun) menggunakan kain berwarna merah dan putih. Selain menandakan strata sosial almarhum semasa hidup, jasad yang dibungkus berwarna merah diketahui memiliki waktu lebih lama berada di rumah, sebelum dimakamkan.
"Makna itu membedakan pembungkusnya karena orang tua ini meninggal berkelas, penempatannya juga dibedakan, tadi yang dibungkus merah harus duluan masuk yang putih di belakang," ungkap Hendrik.
Hendrik mengaku, tradisi Mangaro merupakan merupakan salah satu simbol penghormatan sanak keluarga kepada kerabat yang telah meninggal. Tradisi ini ditandai, dengan mengeluarkan jasad dari kuburan, untuk kemudian dibersihkan dan dibungkus kembali menggunakan kain baru. Setelah itu jasad kembali dimasukkan ke dalam liang.
Sebelumnya, jasad yang dibersihkan di daerah ini, dimakamkan dalam liang tanah. Dalam tradisi Mangaro ini, jasad dipindahkan ke liang baru, berupa bangunan permanen, menyerupai rumah adat.
"Jasad yang telah dikeluarkan, dibersihkan kemudian dibungkus kembali dengan bersih, sembarang pembungkusnya yang penting rapi," Hendrik menjelaskan.
Hendrik menyebut, ada sebanyak 54 jasad yang dipindahkan dalam tradisi Mangaro. Ada yang dipindahkan setelah puluhan hingga ratusan tahun dimakamkan. Namun ada pula yang baru beberapa minggu dimakamkan.
"Ada 54 jenazah, ada yang sudah berusia ratusan tahun,"ia menerangkan.
![]() |
Diakui Hendrik, pelaksanaan tradisi Mangaro ini, dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan seluruh keluarga. "Karena sudah disepakati dari awal untuk mengumpulkan jenazah dalam satu kuburan, kemudian kita bawa ke sini dan dilakukan melalui ritual besar-besaran, karena acara ini tidak sembarang bisa dilakukan," pungkasnya.
Ritual sebagai penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal, tidak hanya diyakini akan membuat arwah orang yang telah meninggal menjadi tenang, tetapi juga memberikan berkat bagi keluarga yang masih hidup.
Tradisi Mangaro ini merupakan warisan leluhur yang telah dilaksanakan secara turun temurun dan keberadaannya terus dipertahankan.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!