Agustinus Wibowo belum mau berhenti untuk traveling. Dia menganggap perjalanan selayaknya pekerjaan seorang detektif, seperti apa?
Bagi Agustinus traveling bukan sekadar mengoleksi cap paspor negara lain. Dia justru lebih nyaman bisa beraktivitas bersama-sama penduduk lokal dan menjelajah pedalaman sebuah negara.
Genre traveling seperti itu tak langsung dipilihnya. Di masa awal traveling, Agus juga seperti traveler lain, memulai jalan-jalan untuk memenuhi hasrat untuk mencapai kuantitas cap di paspornya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam prosesnya, pria yang akrab disapa Agus itu menemukan jenis traveling yang lebih pas dengannya. Dia ingin perjalanannya bukan sekadar menjadi penonton di daerah yang didatanginya belaka.
"Waktu awal-awal traveling memang menganggap perjalanan itu sebagai proses penaklukkan,"oh aku sudah pergi ke banyak negara, oh aku sudah ngumpulin banyak cap di paspor". Makanya, waktu itu ingin jalan darat dari Beijing sampai Afrika Selatan," kata Agus dalam perbincangan dengan detikTravel.
Baca juga: Suriname yang Amat Kosmopolitan |
"Itu bagian dari proses ya awalnya memang seperti itu, namun kemudian ternyata perjalanan daratku itu gagal setelah uangku nol rupiah di Afganistan sebagai negara ke-11," Agus mengisahkan.
Di Afganistan itu Agus kemudian bekerja sebagai jurnalis. Setelah itu, Agus malah keluar masuk Afganistan dan mendapatkan kesempatan menjelajah daerah pedalaman negara itu.
Sejak itulah, Agus mulai getol untuk melakukan perjalanan mendalam di satu kawasan. Bisa berbulan-bulan untuk menyelesaikan satu destinasi. Termasuk, saat tinggal di Belanda dan Suriname yang masing-masing menghabiskan waktu dua bulan untuk mencari nasionalisme diaspora.
"Minimal banget aku pergi ke sebuah negara itu satu bulan. Lama-lama aku traveling berdasarkan tema," kata Agus.
Selama bepergian ke negara lain, dengan durasi minimal satu bulan itu, Agustinus Wibowo jarang merasakan kebosanan. Semakin lama tinggal di sebuah negara asing, Agus justru semakin penasaran untuk memecahkan sebuah topik yang dibawanya ke negara tujuan.
"Justru buat aku lebih seru ya. Ketika ada satu topik yang didalami, itu seperti seorang detektif yang sedang mencari jawaban sebuah misteri," ujar Agus.
"Jadi ada isu ini maka aku mencari orang-orang untuk menjelaskan masalah itu dan aku harus mempertentangkan informasi itu dari orang yang berbeda. Itu memang kerjaan riset dan itu buat aku lebih menyenangkan, jadi aku lebih banyak mendapatkan pengetahuan," kata Agus.
"Kalau aku sudah masuk dalam itu waktu itu sangat pendek, karena sudah tahu apa yang digali," Agustinus Wibowo menambahkan.
Dari ketekunannya itu, Agus telah menelorkan tiga buku perjalanan. Yakni, Titik Nol, Selimut Debu, Garis Batas.
(fem/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!