Suku di hutan hujan Amazon Brasil telah melek teknologi. Kini mereka memanfaatkan drone untuk mengawasi aktivitas yang menyebabkan deforestasi atau penggundulan hutan juga pembalakan liar.
Dilansir CNN, Awapy Uru Eu Wau Wau tumbuh jauh di dalam hutan hujan Amazon. Pria berusia 28 tahun itu berasal dari suku beranggotakan 250 orang yang disebut Uru-Eu-Wau-Wau.
Komunitas ini terisolasi dari dunia luar hingga 1980-an. Mereka tinggal di kawasan hutan hujan yang dilindungi secara hukum seluas 11.265 kilometer persegi di negara bagian Rondonia, di Brasil barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka adalah suku asli Amazon, bergantung pada hutan untuk menanam dan mengumpulkan makanan, berburu, memancing, dan obat-obatan. Tapi rumah Uru-Eu-Wau-Wau kini terancam karena kebakaran juga penggundulan.
Kebakaran ini tidak terjadi secara alami. Sebagian besar dikarenakan aksi ilegal untuk membersihkan vegetasi asli dan diganti tanaman pertanian dan peternakan.
Kebakaran tahun lalu menghancurkan wilayah tersebut. Tahun ini kebakaran terus meluas meski ada larangan pemerintah pada pertengahan Juli.
Ismael Menezes Brandao dari kelompok hak adat Comissao Pro-Indio (CPI) mengambil bagian dalam pelatihan drone di Porto Velho, Rondonia, Brasil, pada Desember 2019.
![]() |
"Alam adalah segalanya bagi kita. Ini adalah hidup kami, paru-paru kami, hati kami. Kami tidak ingin melihat hutan ditebang. Jika Anda menebang semuanya, pasti akan lebih panas, dan tidak akan ada sungai, perburuan, atau udara murni bagi kita," kata Awapy.
Awapy dan perwakilan dari lima komunitas adat lainnya mengambil bagian dalam kursus pelatihan pengoperasian drone yang dijalankan oleh World Wildlife Fund (WWF) dan LSM Brasil, Asosiasi Pertahanan Lingkungan Etno Kaninde.
Menurut Felipe Spina Avino, analis konservasi senior untuk WWF-Brazil, yang membantu menjalankan pelatihan, kelompok tersebut menjadi ketagihan saat pertama kali menerbangkan drone dan dapat melihat hutan dari atas.
"Mereka benar-benar menerima teknologi dengan tangan terbuka dan dengan cepat mulai menggunakannya," katanya.
![]() |
Drone tersebut mampu menghasilkan gambar beresolusi tinggi, video dan data pemetaan GPS yang dapat digunakan sebagai bukti saat melaporkan kegiatan ilegal kepada pihak berwenang.
Drone mampu melintasi hutan lebat yang sulit dilakukan dengan berjalan kaki dan. Masyarakat adat pun bisa memantau area yang lebih luas, sambil menghindari konfrontasi berbahaya dengan penebang liar dan perampas tanah.
Proyek WWF-Kaninde telah menyumbangkan 19 drone kepada 18 organisasi yang terlibat dalam perlindungan hutan di Amazon.
"Mereka dapat menyusun kasus dengan banyak bukti yang dapat mereka kirimkan kepada pihak berwenang yang kemudian memiliki tekanan yang jauh lebih besar dan sumber daya yang jauh lebih besar untuk menindaklanjuti kegiatan ilegal yang sedang terjadi," katanya.
Awapy memimpin tim yang terdiri dari 12 orang berpatroli ke hutan hujan untuk memantau deforestasi dan kebakaran hutan. Pertama kali menggunakan drone, mereka menemukan lahan seluas 1,4 hektar yang telah ditebangi pepohonan.
Beberapa hari kemudian, mereka merekam video helikopter menyebarkan benih rumput. Ini menunjukkan bahwa lahan tersebut akan digunakan untuk penggembalaan ternak, kata WWF.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!