Rumah Harimau Jawa: Petungkriyono, Kok Bisa Longsor Tewaskan 21 Orang?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Rumah Harimau Jawa: Petungkriyono, Kok Bisa Longsor Tewaskan 21 Orang?

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 24 Jan 2025 09:09 WIB
Kopi Owa, program konservasi yang berhasil mengubah para pembalak hutan dan pemburu liar menjadi petani kopi sekaligus menjaga hutan.
Foto: Hutan Hujan Tropis Petungkriyono (Aditya Heru Wardhana)
Jakarta -

Kabar duka datang dari Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah. Kabar terbaru menyebutkan bahwa longsor di sana telah memakan 21 korban jiwa.

Sementara itu, Petungkriyono juga merupakan kawasan yang dianggap sangat alami karena menyandang sematan hutan hujan tropis. Kenapa longsor bisa terjadi di tempat yang seharusnya terawat itu dan pasti banyak pepohonan yang jadi penyangganya?

Mengutip Perhutani, Jumat (24/1/2025), Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Timur memiliki area hutan hujan tropis yang unik. Kawasan itu bernama Petungkriyono yang berada di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Petungkriyono.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih detil, kawasan itu merupakan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Doro secara administratif termasuk ke wilayah Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.

Administratur KPH Pekalongan Timur, Untoro Tri Kurniawan melalui Kepala Sub Seksi Hukum Kepatuhan dan Komunikasi Perusahaan (KSS HKKP) Musholeh mengatakan keunikan Hutan Petungkriyono menjadi salah satu hutan hujan tropis yang dimiliki Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Bukan hanya karena keunikan sebagai hutan hujan tropis tetapi juga terjaga flora dan fauna yaitu kelestarian tanaman. Terdapat satwa-satwa seperti harimau, burung. Udara yang bersih, sejuk dan air yang sangat jernih menjadi potensi Petungkriyono sebagai destinasi wisata alam juga wisata pendidikan," kata dia.

Kepala Desa Telagapakis, Sutung mengatakan keindahan dan keasrian Hutan Petungkriyono sangat terjaga karena keterlibatan dari masyarakat sekitar hutan juga Perhutani.

"Dalam pengelolaan bersama Perhutani, kami mengucapkan terimakasih kepada Perhutani KPH Pekalongan Timur karena telah memberikan pembinaan serta perhatiannya. Semoga Perhutani ke depan semakin maju," kata dia.

Habitat harimau jawa

Masih dari sumber yang sama, Hutan Hujan Tropis Petungkriyono memiliki luas lahan 6.465 hektare. Luasan itu terbagi menjadi hutan lindung, hutan alam sekunder, kawasan perlindungan setempat hingga hutan produksi terbatas.

Hutan Hujan Tropis Petungkriyono memiliki banyak manfaat antara laun mempertahankan ekosistem hutan yang sehat, melindungi keanekaragaman hayati serta menjaga keseimbangan lingkungan.

Nilai keanekaragaman hayati di Hutan Hujan Tropis Petungkriyono tergolong tinggi di Pulau Jawa. Di sana terdapat 94 spesies burung, 22 spesies mamalia, 104 spesies kupu-kupu, 51 spesies herpetofauna, 46 jenis anggrek, dan 158 jenis flora lainnya.

Mengutip greennetwork, Hutan Hujan Tropis Petungkriyono primata endemik owa jawa (Hylobates moloch), lutung jawa (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan surili (Presbytis comata).

Di Hutan Petungkriyono juga masih sering ditemukan spesies langka elang jawa (Nisaetus bartelsi), trenggiling sunda (Manis javanica), burung rajaudang kalung-biru (Alcedo euryzona), dan harimau jawa (Panthera pardus) yang sering dikira telah punah.

Selain itu, berbagai pohon berusia puluhan tahun tumbuh subur di dalam hutan ini, bersama berbagai jenis tanaman lain, seperti kantong semar (Nepenthes sp.), pakis hutan, dan aren.




(msl/fem)

Hide Ads