Taman Safari Indonesia di Cisarua memiliki koleksi burung-burung pemangsa. Penasaran nggak bagaimana cerita pawang burung pemangsa, yang salah satunya elang Jawa, di sana?
Namanya lengkap pemuda ini adalah Muhamad Irpan. Dia merupakan salah satu keeper alias penjaga elang Jawa, salah satu burung pemangsa yang ada di Taman Safari.
Siang itu, detikTravel berkesempatan melihat Irpan menjalani tugasnya menjaga burung-burung pemangsa itu. Salah satunya, menjaga elang Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Irpan cuma menjaga tangannya dengan sarung tangan. Kemudian, dia meletakkan seekor burung elang di tangannya tanpa takut-takur dan raggu.
"Namanya Elja, pasti tidak asingkan dengan dia kan? Elja adalah lambang dari negara kita burung Garuda atau disebut juga elang Jawa," kata Irpan kepada detikcom beberapa waktu lalu saat ditemui di taman Safari Bogor.
Irpan dan Elja sudah berteman akrab semenjak Elja dalam masa penetasan, tepatnya 5 tahun lalu. Elja merupakan hasil dari anakan Taman Safari Bogor.
![]() |
Sesekali Irpan menatap Elja dan mengelus dada burung pemangsa ini. Kemudian dia melanjutkan ceritanya bahwa dekat dengan burung pemangsa susah-susah gampang.
"Suatu kehormatan bisa merawat salah satu hewan yang dilindungi ini. Merawatnya itu susah-susah gampang. Jika kita tidak mencintai hewan, maka akan susah sekali melakukan pendekatan. Tapi, apabila kita mencintai satwa, mereka juga akan mencintai kita," ujar dia.
"Selama saya merawat Elja, si elang Jawa itu, tentu pernah dipatok. Ya, namanya juga binatang pemangsa ya punya paruh dan cakar yang kokoh. Luka-luka dan lecet sedikitlah. Tapi ya sudah biasa," dia menjelaskan.
Irpan pun menceritakan kesehariannya sebagai penjaga satwa liar ini. Pagi-pagi dia datang cepat demi memastikan burung-burung kesayangannya dalam kondisi prima.
"Jam kerja kita sebenarnya mulai dari jam 8. Namun biasanya saya datang lebih awal untuk memastikan Elja dan lainnya dalam kondisi prima. Lalu sesampai di kandang kita bersihkan kandangnya, kasih makan, kita mandikan dan juga timbang berat badan. Dan juga kita latihan setelah itu baru kita presentasi kepada pengunjung," dia mengisahkan.
![]() |
Ternyata Elja punya hal yang tidak dia sukai lho, traveler. Burung yang menjadi ikon negara tercinta ini sangat tidak disuka dipegang-pegang dan di elus. Dia juga terkadang juga mageran, lho.
"Elja tidak suka di elus-elus ya. Dia juga malas bergerak saat berat badannya berlebih. Nah, jadi Elja ini berat idealnya 1,2 Kg. Jika dia kelebihan berat badan dia akan malas bergerak dan moodnya terganggu hingga dia malas terbang saat pertunjukan," Irpan mengungkapkan.
Elja juga punya jam istirahat. Saat malam hari dan juga selesai pertunjukan dia akan dimasukan ke dalam kandang untuk istirahat. Ada fakta menarik tentang si Elja yang dikenal juga dengan elang Jawa ini.
"Selain tidak suka di elus, dia juga tidak suka dipeluk. Dan teruntuk makanan favoritnya, Elja juga sangat menyukai tikus putih alias mencit," ujar Irpan.
Menjadi penjaga satwa ternyata sangat disukai oleh Irpan. Selain mendapatkan ilmu baru, dia juga bisa menyalurkan hobi dan kecintaannya kepada hewan.
"Saya suka dan hobi memelihara hewan. Di rumah saya juga memelihara beberapa hewan. Nah terkhusus untuk burung pemangsa, apalagi elang Jawa kan tidak boleh kita pelihara karena hewan langka dan dilindungi. Jadi hanya di sinilah kita bisa berinteraksi dan melihat elang Jawa ini. Suatu kebanggaan sih bisa berinteraksi dengan hewan langka dan juga lambang negara kita ini," ujarnya.
Beragamnya tingkah laku satwa membuat Irpan menikmati pekerjaannya. Dia tidak pernah merasa bosan dan menjadikan setiap momen berinteraksi dengan satwa sebagai tantangan.
"Saya tidak pernah merasa bosan. Kenapa say bisa tidak bosan, caranya adalah saya melakukan berbagai pelatihan. Terus setiap burung kan punya karakter masing-masing dan tantangan bagi saya untuk menjinakkan mereka,"
Saat ditanyai kesulitan dalam menjadi keeper hewan, Irpan punya jawaban menarik.
"Tidak ada kesulitan yang berarti, sih. Elja kan asli dari penangkaran di sini dan dari kecil elang Jawa itu sudah dekat dengan kita. Kesulitan paling yang breeding (pembiakan), menjodohkan satwanya. Dia kan lebih teritorial alias tidak bisa koloni. Jadi sangat sulit menggabungkannya dengan satwa lain, bisanya di hari-hari tertentu saja seperti pada musim kawin," ata dia.
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum