Pandemi virus Corona membuat industri penerbangan di seluruh dunia kolaps. Diperkirakan ada 46 juta pekerjaan yang hilang disebabkan oleh pandemi Corona. Demikian hasil riset The Air Transport Action Group (ATAG) yang memperlihatkan efek dahsyat pandemi Corona pada ekonomi dan industri wisata global.
Angka 46 juta itu setengah dari total 88 juta pekerja yang menggantungkan diri pada industri penerbangan. Industri penerbangan diyakini tidak akan cepat pulih, kalau pun mau menyamai angka tahun 2019 lalu, setidaknya butuh sampai tahun 2024.
Jika dirinci, 4,8 juta pekerja di maskapai, bandara dan perusahaan maskapai sipil, penurunan jumlah pekerja sebesar 43 persen dibanding sebelum pandemi. Kemudian 26 juta pekerja di sektor wisata yang terkait perjalanan udara, sementara 15 juta lainnya pekerja di perusahaan-perusahaan yang menjual produk dan layanan di pesawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pandemi akan memiliki implikasi luas pada industri selama bertahun-tahun," tulis laporan itu.
Laporan itu juga menyoroti sejauh mana mata pencaharian jutaan pekerja bergantung pada perjalanan udara global. Aktivitas mereka terhenti saat masa-masa lockdown pada bulan April lalu, dan akan tetap tertekan selama beberapa tahun ke depan.
"Di masa lalu ada pengurangan lalu lintas penumpang yang disebabkan oleh guncangan, tetapi tidak pernah ada penutupan total," tulis laporan itu lagi yang memperkirakan jumlah penumpang pada 2020 akan kurang dari setengah tingkat tahun lalu.
Penurunan lalu lintas udara juga berdampak negatif besar pada pariwisata. Sebelum pandemi, sekitar 58% dari semua wisatawan tiba di tempat tujuan melalui udara.
"Pemerintah berkewajiban ntuk melakukan apa pun yang mereka bisa lakukan untuk membantu industri penerbangan ini bangkit kembali sehingga kami dapat mengembalikan pekerjaan itu dan aktivitas ekonomi itu," kata Direktur ATAG Michael Gill. Gill meminta pemerintah berbagai negara untuk memberikan kepastian ketimbang kebijakan karantina dan perubahan daftar negara tujuan yang terus menerus terjadi.
Maskapai penerbangan telah meminta pemerintah untuk memberikan dukungan keuangan tambahan dan mengadakan tes Corona yang cepat kepada penumpang sebelum penerbangan. Hal ini akan membuat orang lebih nyaman terbang, dan memungkinkan pemerintah melonggarkan pembatasan yang telah memaksa jutaan wisatawan dan pelancong bisnis untuk menunda atau membatalkan perjalanan mereka.
Pemotongan pekerjaan di maskapai penerbangan dan bandara besar telah dimulai, dimulai dari rantai pasokan ke pembuat pesawat, pemasok suku cadang, perusahaan katering dan perusahaan konstruksi, karena uang yang dihabiskan untuk membeli pesawat baru kini menjadi lebih sedikit dan proyek infrastruktur pun harus ditunda.
Maskapai seperti Lufthansa Jerman, British Airways, Ryanair, Air France-KLM, dan Scandinavian Airlines (SASDF) telah mengumumkan ada sekitar 50.000 pekerja yang berisiko. Meskipun Ryanair mengatakan kepada Reuters bulan lalu bahwa mereka telah mampu membatasi redundansi setelah pilot dan awak kabin setuju untuk membayar pemotongan.
Masih akan ada pengurangan pekerja
"Ini bisa berlangsung lama, dampak Covid-19 telah begitu parah sehingga masih akan ada pengurangan dramatis dalam lapangan kerja di sektor ini," tulis laporan itu
(ddn/rdy)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum