Sudah Tepatkah Penempatan Hotel untuk Pasien OTG?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sudah Tepatkah Penempatan Hotel untuk Pasien OTG?

Elmy Tasya Khairally - detikTravel
Kamis, 08 Okt 2020 19:18 WIB
Hotel Ibis Styles Mangga Dua, Jakarta, dijadikan tempat untuk isolasi mandiri pasien Orang Tanpa Gejala (OTG).
Salah satu hotel yang menampung pasien COVID-19 (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Pemerintah telah mempersiapkan hotel untuk menjadi tempat karantina Orang Tanpa Gejala (OTG) COVID-19. Namun, bagaimana tanggapan dari pemilik hotel?

CEO Dafam Hotel Management, Andhy Irawan mengungkapkan saat ini mungkin dikatakan tidak tepat jika hotel dijadikan tempat untuk orang tanpa gejala. Ada beberapa faktor yang masih harus diperjelas. Untuk jumlah kamar, menurut Andhy masih belum ada kejelasan apakah akan dipakai setengah dari kamar hotel atau semua.

"Pertama adalah setengah dari kamar atau semua, kemarin saya dengar dari salah satu Ketua PHRI Jakarta juga semua, itu juga menjadi poin bahwa harus semua, kan nggak mungkin setengah setengah, ini juga harus jelas karena ada beberapa persepsi setengah atau semua," kata Andhy dalam IG Live bersama Majalah Venue, Kamis (8/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Faktor lainnya adalah mekanisme protokol kesehatan yang diterapkan. Jika kini hotel-hotel telah memiliki protokol kesehatan, lalu bagaimana penerapannya bagi OTG. Misalnya, terkait pengiriman makanan, kesiapan ambulance dan dokter yang berjaga. "Kalau dengan OTG protokol kesehatannya plus plus, ini juga masih belum jelas," kata Andhy.

Selanjutnya, Andhy mengaku recovery menjadi faktor yang penting. Tidak masalah jika hotel dipakai untuk pasien OTG, namun bagaimana nantinya kebijakan yang jelas untuk proses recovery?

"Market yang umum kan pernah menjadi hotel tempat stay buat OTG, isolasi mandiri dan sebagainya. Jadi pasti ada kekhawatiran dari orang umum terdampak COVID," kata Andhy

Keempat, yaitu transparansi pembayaran Menurut Andhy perlu ada kerja sama yang baik antara pihak hotel dan pemerintah sehingga penempatan OTG di hotel akan berjalan dengan baik, karena karyawan pun harus dibayar.

"Ada salah satu hotel saya sudah ditunjuk untuk OTG dan itu adalah program pemerintah kalau boleh saya jujur sampai hari ini belum dibayar Rp 1,1 miliar, terus dipikir hotel kerja bakti tidak butuh karyawannya makan, kan ini harus jelas," kata Andhy.

Andhy menuturkan, empat poin tersebut bisa diupayakan oleh pemerintah untuk mengubah ketidaktepatan hotel menjadi tempat OTG menjadi tepat. "Jadi empat poin itu kalau bisa diselesaikan oleh pemerintah, tidak tepat menjadi tepat akan terjadi dan teman-teman industri perhotelan akan committed kok, cuma mungkin ada beberapa faktor dari sisi owner atau peritel tidak mau karena punya izin tertentu itu sah-sah saja, wajar-wajar saja," kata Andhy.

CEO Hotel ini pun menginginkan sosialisasi yang jelas dari pemerintah ke pihak industri. Sehingga program yang dirancang bisa berjalan dengan semestinya.

"Tapi ya analisa saya empat poin itu ya masih belum clear lah, jadi bukan hanya sekedar punya program OTG dimasukkan ke hotel that's it, masih banyak faktor dan itu yang terpenting adalah sosialisasikan ke industri," tambahnya.




(elk/ddn)

Hide Ads