Shinkansen merupakan moda transportasi primadona bagi wisatawan. Namun sekarang gara-gara Corona, Shinkansen mulai sepi ditinggalkan penumpang.
Beberapa bulan ini, area Stasiun Tokyo yang melayani penumpang Shinkansen dengan destinasi lokal tampak sepi, tak seramai biasanya. Penumpang yang biasanya antre berjubel membeli kotak nasi bento berbentuk kereta Shinkansen, kini sudah tidak nampak lagi.
"Saya melihat lebih banyak petugas kebersihan yang turun dari kereta daripada penumpangnya," kata Tara Aoki, pegawai outlet fast food di Stasiun Tokyo, seperti dikutip detikTravel dari The Washington Post, Selasa (13/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, gara-gara pandemi COVID-19, kereta Shinkansen mulai sepi penumpang. Akibatnya, kedua perusahaan kereta api besar penyedia Shinkansen di Jepang yaitu East Japan Railway dan West Japan Railway merugi dalam jumlah yang tidak sedikit.
Kerugian tersebut termasuk yang terbesar sejak jaringan kereta api di Jepang diprivatisasi pada tahun 1987. Nilai kerugian yang diderita East Japan Railway ditaksir mencapai 418 Miliar Yen. Sedangkan nilai kerugian yang diderita West Japan Railway mencapai 198,4 Miliar Yen.
Beberapa foto yang diunggah di media sosial menunjukkan betapa sepinya kereta Shinkansen. Bahkan ada yang satu gerbong cuma diisi satu orang penumpang saja. Serasa seperti naik kereta Shinkansen pribadi.
Di satu sisi, terutama dari segi bisnis, tentu saja pemandangan itu sangatlah menyedihkan. Tak cuma industri penerbangan saja yang dihantam keras oleh 'badai' Corona. Kereta cepat Shinkansen juga tidak luput dari sergapan virus menular yang menyerang sistem pernafasan itu.
Jika biasanya orang Jepang memanfaatkan musim liburan dengan pelesiran ke kota lain yang beda pulau di Jepang. Namun sekarang hal itu sudah tidak nampak lagi. Orang-orang Jepang lebih memilih untuk di rumah saja, jika tidak ada keperluan yang mendesak.
Sampai-sampai pemerintah Jepang meluncurkan kampanye nasional untuk mendorong wisata domestik, dengan harapan orang-orang Jepang mulai menggunakan lagi kereta cepat Shinkansen. Pemerintah Jepang juga mensubsidi 50% biaya transport orang-orang yang mau liburan di dalam negeri.
"Ini mungkin karena sudah tidak mungkin lagi untuk kembali ke era sebelum ada COVID-19," kata Yoshitaka Watanabe, Manajer Marketing East Japan Railway.
Di bulan Agustus, penumpang East Japan Railway anjlok sampai 74% jumlahnya dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 lalu. Hal tersebut juga berdampak kepada harga saham kedua perusahaan, baik East JR maupun West JR, turun sebesar 33% dan 29,5%.
Menurut Hiroshige Muraoka, peneliti dari Nomura Research Intitute, keadaan ini tentu akan membuat operator Shinkansen kesulitan untuk kembali mencatatkan laba, bahkan nanti ketika pandemi Corona sudah berakhir.
Jumlah wisatawan internasional yang ke Kyoto saja bulan Juli ini anjlok hingga 99,8%. Nyaris tidak ada turis yang berkunjung ke area ini selama 4 bulan berturut-turut. Beberapa pemilik bisnis wisata sampai sahur menutup tokonya selama pandemi Corona berlangsung.
Salah satu strategi yang kini ditempuh East JR adalah melebarkan sayap ke bisnis logistik domestik, terutama untuk pengiriman makanan antar regional, serta buah-buahan kepada para pelanggan Shinkansen.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol