Tato Moko Suku Maori Identik dengan Dewa-Dewa, Dilarang Seks Buru-buru

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tato Moko Suku Maori Identik dengan Dewa-Dewa, Dilarang Seks Buru-buru

Femi Diah - detikTravel
Sabtu, 07 Nov 2020 12:22 WIB
Tato moko Suku Maori di Selandia Baru
Tato moko Suku Maori dikaitkan dengan dewa-dewa (Getty Images/Goddard_Photography)
Jakarta -

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta membuat tato moko warisan Suku Maori menjadi perhatian publik. Tato itu disebut terkait dewa-dewa di sana.

Praktik tato Suku Maori, dikenal sebagai ta moko, diyakini terkait dengan dewa-dewa mereka. Yakni, dewa gempa bumi dan gunung berapi Maori, Dewa Ruaumoko. Sebutan tato tersebut mengambil nama dari Dewa Ruaumoko itu.

Kisah asal-usul tato moko itu melibatkan tokoh mitologis, Mataoro, yang jatuh cinta dan menikahi Niwareka, putri seorang penguasa bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mataoro kemudian mengikuti istrinya untuk turun ke bumi. Saat berada di bumi, dia mendapatkan kelas khusus dari ayah Niwareka berupa seni ta moko.

Nanaia MahutaMenlu Selandia Baru Nanaia Mahuta Foto: Instagram @nanaia_mahuta

Dalam prosesnya, Mataoro kembali ke nirvana. Keputusan itu membuatnya dihukum oleh ayah Niwareka berupa tato. Bukan sekadar sanksi, tato itu diberikan sebagai pengingat untuk menghindari tindakan kejahatan di masa depan.

ADVERTISEMENT

Hingga saat ini, pembuatan tato moko Suku Maori disertai dengan upacara adat dan ritual. Si orang yang ditato juga dikarantina dalam area khusus. Mereka juga cuma bisa makan dengan wadah khusus.

Selain itu, orang yang ditato moko diminta untuk tidak buru-buru melakukan kontak seksual begitu tato mengering.

Sejatinya, upacara dan larangan itu dilakukan untuk membuat orang yang sedang ditato terhindar dari infeksi.

Secara tradisional, pria memiliki tanda di wajah, bokong, dan paha mereka, sedangkan perempuan Suku Maori biasanya membawanya di bibir dan dagu.

Pohon Kauri dan Burung Albatros >>>

Pohon Kauri dan Burung Albatros

Meskipun tato telah dipraktikkan di masyarakat Polinesia selama berabad-abad, kelompok Maori mengembangkan teknik dan alat khusus mereka sendiri.

Pigmen organik, dibuat dengan membakar resin dari pohon kauri, dan mencampurkan jelaga dengan minyak atau cairan lainnya, yang kemudian akan dipahat di bawah lapisan atas kulit menggunakan alat yang ditempa dari tulang burung, biasanya dari albatros.

Suku MaoriSuku Maori Foto: (iStock)

Prevalensi moko wajah menurun setelah kedatangan orang Eropa, paling tidak karena kepala prajurit Maori bertato yang diawetkan menjadi sangat didambakan di kalangan penjajah. Asosiasi tato wajah dengan geng atau kriminalitas di budaya lain mungkin juga berkontribusi pada tato itu.

Mulai Diminati Generasi Kontemporer

Tetapi dengan minat baru pada bentuk seni tradisional Maori seperti ukiran kayu dan meningkatnya penerimaan tato di masyarakat Selandia Baru yang lebih luas, seni ta moko mulai bangkit dalam beberapa dekade terakhir.

Maxwell, yang berusia 54 tahun, mengatakan bahwa "normalisasi" tato tradisional di Selandia Baru dimulai pada 1990-an dan 2000-an, setelah generasi sebelumnya menjauhkan diri dari praktik tersebut.

"Ada banyak hal negatif, tidak hanya dari komunitas non-Maori tetapi juga dari komunitas kami sendiri, karena orang tua dan kakek nenek kami berpendapat bahwa moko harus ditinggalkan di masa lalu," kata Maxwell.

"Tetapi kami, generasi muda saat itu, tidak siap untuk membiarkan bentuk seni menjadi kenangan, (jadi kami memilih) untuk mengembalikannya sebagai bentuk seni yang hidup dan mengumumkan kepada dunia bahwa kami adalah Suku Maori," dia menambahkan.

Halaman 2 dari 2
(fem/ddn)

Hide Ads