Kasus Corona di China memang sudah dikendalikan dengan baik. Tapi, peningkatan kasus COVID-19 di negara-negara lain bikin China was-was lagi.
Itu terlihat dari langka China untuk menutup lagi pintu pembatasan bagi sejumlah negara. Dilansir dari Reuters, Negeri Panda itu tak memberikan akses kepada pelancong dari Inggris, Prancis, Belgia, Filipina dan India untuk sementara waktu.
"Kami prihatin dengan mendadaknya pengumuman dan larangan masuk secara menyeluruh dan menunggu klarifikasi lebih lanjut tentang kapan itu akan dicabut," ujar pernyataan dari Kamar Dagang Inggris di China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembatasan juga akan diterapkan untuk mereka yang memiliki visa dan izin tinggal valid dan berlaku. Lockdown yang diberlakukan di Inggris menjadi salah satu sebabnya.
Inggris mulai melakukan lockdown selama sebulan sejak Kamis lalu. Dulu Italia, sekarang Inggris jadi negara dengan kasus kematian tertinggi di Eropa.
Sementara Belgia menjadi negara dengan kasus baru per kapita tertinggi di Eropa. Prancis dan India menjadi lima teratas di dunia. Padahal, negara-negara ini adalah lumbung uang China.
Pembatasan ini berlaku mulai Jumat (6/11). Keputusan itu membuat warga China yang tinggal di Inggris, Prancis, Belgia, India dan Filipina bergegas untuk membeli tiket pulang. Tiket pun ludes dengan cepat.
"Tiket terjual habis dalam hitungan detik, karena semua orang berebut untuk tidak melewati tenggat waktu," kata Linyi Li, warga China di Seattle.
Li rela untuk mengalihkan penerbangannya sebelum pembatasan meski harga naik tiga kali lipat. Ia bahkan tidak berharap untuk bisa kembali.
"Saya sudah menjual beberapa barang keluarga, kalau saja saya tidak bisa kembali ke Amerika," kata dia.
Pelancong dari Amerika Serikat, Prancis Jerman dan Thailand diperlukan syarat tambahan untuk masuk ke China. Sebelum naik pesawat, mereka harus menjalani tes asam nukleat dan tes darah untuk melihat ketahanan tubuh terhadap Corona. Tes ini hanya berlaku 48 jam sebelum naik ke pesawat.
Khusus utnuk pelancong dari Australia, Singapura dan Jepang, ada tes ganda yang akan berlaku mulai 8 November. Menurut Kamar Dagang Uni Eropa di China, persyarat yang diberikan seakan jadi tembok penghalang untuk pelancong.
"Meski pintu terbuka namun perubahan ini menyiratkan larangan de facto bagi siapa pun yang mencoba ke China, karena tes antibodi yang dimaksud tidak tersedia luas di banyak negara," jelasnya.
Adanya pembatasan ini sudah bisa memberikan gambaran kasar dari grafik penumpang internasional yang masuk ke China. Perkiraannya dari Oktober-Maret, penumpang ke China akan turun 96,8 persen dari tahun sebelumnya.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!