Bhutan kali ini harus khawatir. Posisinya sebagai negara bebas emisi karbon di dunia bakal direbut oleh Palau, sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik.
Dilansir dari GlobeTrender, Palau tengah bersiap untuk menjadi negara pertama yang bebas karbon. Tujuannya sangat mulia, yaitu, mengurangi jejak karbon Palau yang dibuat oleh wisata domestik maupun oleh turis yang datang ke sana.
Selain bebas emisi karbon, tujuan lainnya adalah meningkatkan produksi makanan secara lokal dan berkelanjutan. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang terjadi sewaktu-waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengingat bahwa Palau adalah dataran rendah yang terancam oleh naiknya permukaan laut karena perubahan iklim, maka sistem pangan berkelanjutan haruslah dipikirkan.
Kolaborasi ini sudah diluncurkan pada bulan Agustus lalu. Ada Sustainable Travel Internasional, Slow Food Internasional dan Palau Bureu of Tourism yang memantau proyek ini.
Kebijakan ini juga tidak berdiri sendiri, industri pariwisata siap menyokong mimpi Palau dari belakang. Karena Palau sendiri termasuk negara yang bergantung pada industri pariwisata.
Diketahui bahwa pariwisata menjadi pendorong utama perubahan iklim di Palau. Semua bermula dari turis yang terbang dari luar negeri dan cenderung mengonsumsi makanan impor selama mereka menginap.
Nah, ternyata dua kegiatan ini menghabiskan banyak bahan bakar fosil dan juga dana langsung keluar dari pulau. Untuk itu, proyek ini akan meningkatkan produksi pangan oleh petani dan nelayan lokal.
Palau juga akan mengkampanyekan warisan gastronomi bangsa mereka. Nantinya hotel dan perusahaan pariwisata akan menyajikan bahan hidangan yang bersumber secara lokal.
"Pertumbuhan pesat industri pariwisata yang tidak berkelanjutan berdasarkan sistem pangan yang rusak telah menjadi pendorong utama krisis iklim dan kerusakan ekosistem," kata Paolo, Sekretaris Jendral Slow Food Internasional.
Intinya, proyek ini akan mengurangi ketergantungan Palau pada impor dan mendorong ketahanan pangan yang lebih baik. Dari sana, jejak karbon akan berkurang dengan sendirinya. Nilai plusnya, Palau akan menciptakan peluang ekonomi bagi penduduk.
"Krisis COVID-19 ini telah mengajarkan kita sesuatu, kita harus memperkuat ketahanan bangsa kita terhadap ancaman eksternal, yang terbesar adalah perubahan iklim," kata Kevin Mesebeluu, Direktur Biro Pariwisata Palau.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum