Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel kini makin akrab lewat pariwisata. Palestina pun cemburu.
Dilansir dari Associated Press (AP), UEA-Israel resmi untuk menormalisasi hubungan pariwisata. Normalisasi ini diperkirakan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Selama pandemi, Kota Yerusalem timur terlihat sepi bagai kota mati. Tapi sebentar lagi kota ini akan kedatangan turis-turis dari UEA. Mengesampingkan hal politik, para pengusaha menanggapi positif kebijakan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan inilah yang saya harapkan. Lupakan politik, kita harus bertahan hidup," ujar Abu Dayyeh, seorang pengusaha Palestina di Yerusalem timur.
Normalisasi ini tentu membuat Palestina patah hati. Karena normalisasi ini melemahkan konsensus Liga Arab lama tentang hubungan Israel dan Palestina.
Palestina berharap bisa mendirikan negara yang di dalamnya termasuk Yerusalem timur dan Tepi Barat. Wilayah ini diduduki oleh Israel dalam perang 1967.
Arab adalah kunci dari pengaruh dalam beberapa dekade negosiasi perdamaian yang terus-menerus dan tidak aktif. Ini membuat Palestina lemah dan lebih terisolasi dari titik mana pun dalam sejarah belakangan ini.
Israel akan membuka Yerusalem sebagai prospek wisata religi. Sementara orang-orang Palestina memandang Tepi Barat dan Yerusalem timur sebagai penghalang utama perdamaian, dan sebagian komunitas internasional menganggapnya ilegal.
Padahal pariwisata religi ini akan menguntungkan orang Israel dan Palestina. Karena ada banyak turis Teluk kaya raya dan peziarah muslin yang ingin mengunjungi Al-Aqsa dan situs suci lainnya lewat jalur udara baru.
"Saya sangat senang karena saya pikir ini membuka kita ke era baru pariwisata muslim yang tidak pernah benar-benar kita miliki," ujar Fleur Hassan Nahoum, wakil walikota Yerusalem.
Tak semuanya mendukung, warga Palestina lainnya tampak lebih skeptis. Lebih dari belasan pemilik toko Palestina di Kota Tua Yerusalem, yang tokonya tutup karena Corona, menolak untuk berkomentar soal pariwisata Teluk. Mereka mengatakan bahwa hal ini terlalu sensitif secara politik.
"Meskipun kami memiliki perdamaian dengan Yordania dan Mesir, saya tidak pernah benar-benar melihat turis Mesir atau Yordania karena kedamaian bukanlah kedamaian yang hangat (perdamaian yang jauh lebih kooperatif)," ungkapnya.
Selain itu, Palestina khawatir bahwa dorongan Israel untuk mempromosikan pariwisata di komplek Haram Asy-Syarif akan meningkatkan ketegangan. Komplek Haram Asy-Syarif menjadi salah satu ikon bangunan suci islam seperti Masjid Al Aqsa dan Masjid Kubah Batu.
Sementara Masjid Kubah Batu juga menjadi tempat suci bagi umat Yahudi. Mereka menyebutnya Dome of The Rock.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol