Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara tak hanya berdampak pada tempat wisata, namun pastinya juga sektor penerbangan. Perbatasan di berbagai negara menjadi salah satu faktornya.
Perkembangan penumpang pada penerbangan internasional Indonesia secara signifikan mengalami penurunan hingga 97,86 persen hingga September 2020. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan pasar internasional yang umumnya memilih pesawat sebagai alat transportasi dari dan ke Indonesia belum pulih.
"Kalau dilihat dari sisi penerbangan internasional turun 97,86 persen sampai September, luar biasa, makanya Bali mungkin agak berat ya karena kan Bali kan memang dominasinya wisman. Jadi ketika wismannya belum ada di Bali, tentu saja mungkin sangat berat untuk sedikit pulih," kata Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wawan Rusiawan dalam Webinar Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama dengan penerbangan internasional, perjalanan domestik pun seperti pesawat dan kapal laut, kereta api mengalami kontraksi. Walau ada kenaikan sejak Juni 2020, namun belum pulih seperti semula.
"Penerbangan domestik, kemudian kapal penumpang kereta penumpang sisi transportasi juga tetap saja, walaupun sudah ada perbaikan tapi fungsinya tidak seperti awal masih cukup berat untuk bisa kembali pulih. Mudah-mudahan di kuartal ke 4 ini akan membaik," tambah Wawan.
Sampai bulan Oktober 2020, kondisi zonasi pada lima pintu masuk utama wisatawan mancanegara di Indonesia berada dalam risiko penukaran sedang, hanya Jakarta yang memiliki risiko yang tinggi.
"Zonasi risiko di 5 pintu masuk utama wisatawan mancanegara: Jakarta, Bali, Batam adalah tiga yang utama kemudian Juanda dan Kualanamu. Jadi gambarannya seperti ini, risiko sedang dan tingginya tentu masih banyak sehingga memberi perhatian bagi kita semua," ungkap Wawan.
Wawan menuturkan, poin terpenting yaitu bagaimana menurunkan jumlah kasus Corona. Wisatawan mancanegara akan mencari dimana tempat-tempat yang sudah bisa mengendalikan diri dari pandemi Corona.
"Tentu yang paling penting adalah bahwa tambahan kasus positif ini harus menjadi concern kita supaya bisa diturunkan, dengan itulah barangkali orang akan mulai berani keluar, sebagai pertarungan antara ketidaksabaran dengan kepatuhan. Sudah tidak sabar ingin keluar tapi takut terpapar, ini jadi kontradiktif," tambahnya.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum