IATA: Maskapai Perlu Bantuan Lagi Hingga Rp 1.135 Triliun

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

IATA: Maskapai Perlu Bantuan Lagi Hingga Rp 1.135 Triliun

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 27 Nov 2020 20:10 WIB
The last Lufthansa flight of the Airbus A350 aircraft from Tegel Airport is taxiing to the take-off field as it is bid farewell by the airport fire brigade with a fountain of water in Berlin, Germany, Saturday, Nov. 7, 2020. The final flight is scheduled for Sunday. (Fabian Sommer/dpa via AP)
Untuk bertahan, maskapai penerbangan di dunia masih membutuhkan bantuan pemerintah (Foto: AP Photo/Christoph Soeder)
Paris -

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan bahwa maskapai membutuhkan lebih banyak bantuan. Jumlah dana yang diperlukan masih mencapai ribuan triliun rupiah.

Seperti diberitakan Simple Flying, Jumat (27/11/2020), jumlah dana talangan itu diungkapkannya pada 20 November, di Paris Air Forum. IATA menyatakan bahwa industri masih membutuhkan bantuan tambahan sebesar USD 70-80 miliar atau setara Rp 1.135 triliun.

Direktur Jenderal IATA, Alexandre de Juniac, yang mengungkapkannya. Bantuan ini harus tetap digulirkan meski dunia sudah memiliki sejumlah vaksin yang layak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Umumnya distribusi vaksin secara global hingga ke tingkat yang aman dan dapat diterima oleh traveler akan memakan waktu berbulan-bulan.

Sekarang, dan hingga tahun 2021, maskapai akan terus mengalami penurunan permintaan perjalanan karena krisis kesehatan global masih berlarut-larut.

ADVERTISEMENT

Menurut Alexandre, bantuan terbesar tetap berasal dari pemerintah. Ia juga berterima kasih pada pemerintah karena telah membantu maskapai masing-masing di dalam masa yang sulit saat ini.

"Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah karena telah menyuntikkan USD 160 miliar ke sektor ini. Untuk beberapa bulan mendatang, kebutuhan industri dievaluasi sebesar USD 70-80 miliar sebagai bantuan tambahan," jelas dia.

"Jika tidak, beberapa maskapai penerbangan tidak akan bertahan," imbuh dia.

De Juniac juga mencatat bahwa sangat mungkin bahwa industri penerbangan akan melihat kerugian yang lebih besar daripada angka awal yang diumumkan IATA. Ia mengatakan adanya defisit setahun penuh dan kemungkinan jumlahnya akan mendekati USD 100 miliar.

Perlu waktu berbulan-bulan untuk distribusi vaksin. Namun, pemulihan dunia penerbangan butuh waktu bertahun-tahun.

Saat musim dingin mendekat dengan cepat di belahan bumi utara dan gelombang wabah berikutnya bergabung dengan musim flu, vaksin dibutuhkan lebih cepat dari sebelumnya.

Sampai saat ini, data yang menjanjikan telah keluar dari beberapa kelompok biofarmasi yang mengerjakan vaksin itu, termasuk Pfizer/BioNTech, Moderna, dan Universitas Oxford.

Bandara dan maskapai penerbangan serta divisi kargo mereka telah bersiap dengan sungguh-sungguh untuk penyaluran vaksin ini.

Mereka telah mengeluarkan siaran pers yang menggembar-gemborkan kesiapan mereka untuk menangani volume tinggi vaksin melalui bandara dan fasilitas mereka.

Dalam sebulan terakhir, IATA sudah mendengar maskapai yang siap untuk mendistribusikan vaksin:

- SkyCargo Emirates punya pusat kargo udara khusus pertama di dunia di terminal kargo SkyCentral DWC di Dubai South
- Finnair menjadi yang pertama menerima sertifikasi kargo udara farmasi IATA
- KLM dan jaringan pengangkutannya yang kuat, sudah berpengalaman dengan distribusi APD yang luas.

Sebelumnya, IATA telah memperkirakan bahwa dunia penerbangan akan kembali ke tingkat lalu lintas sebelum krisis baru pada tahun 2024. Jumlah penumpang diprediksi turun 30% pada tahun 2021.




(msl/ddn)

Hide Ads