Selandia Baru mulai menggenjot pariwisatanya dengan wisatawan domestik. Setelah dijalani, ternyata Selandia Baru sadar bahwa negaranya tak bisa hidup tanpa turis.
Negara Selandia Baru alias negara Kiwi, mulai digerakkan untuk berwisata di negeri sendiri setelah pandemi. Bisa dibilang perkembangan wisata domestik terlihat pesat dibandingkan sebelum pandemi.
Namun hasilnya tak membuat Selandia Baru senang, seperti yang dilansir dari News Room. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Tourism New Zealand, dibutuhkan 12 kali perjalanan semalam dari orang Selandia Baru untuk bisa menyamai pengeluaran turis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rata-rata turis menghabiskan USD 232 per hari, sementara orang Selandia Baru hanya mengeluarkan USD 155 saja. Selandia Baru defisit hampir USD 13 miliar.
Kepala eksekutif Pariwisata Selandia Baru, Stephen England-Hall mengatakan bahwa penelitian ini mengungkapkan bahwa pariwisata sangat penting bagi pemulihan ekonomi, khususnya turis.
"Kiwi melakukan pekerjaan luar biasa untuk membantu perekonomian saat berwisata di dalam negeri, tapi Selandia Baru membutuhkan turis internasional yang bernilai tinggi untuk menopang sektor ekonomi di luar akhir pekan dan hari libur," jelasnya.
Perbandingan lain dilihat pada Maret 2019, pengunjung internasional menghabiskan USD 17,2 miliar di Selandia Baru, sedangkan orang asli sana mengeluarkan uang sebanyak USD 8,4 miliar untuk jalan-jalan ke luar negeri.
Tourism NZ memperkirakan bahwa 50 persen dari pengeluaran tersebut akan dialihkan ke pariwisata domestik. Penelitian ini menggarisbawahi bahwa pariwisata sebegitu penting bagi Selandia Baru.
"Pariwisata adalah perusahaan utama bagi wanita dan pemuda. Rata-rata setiap pengeluaran sejumlah USD 178.000 akan menciptakan satu lapangan kerja. Pekerjaan ini penting untuk wilayah kami," ungkapnya.
Kalau disimpulkan, perlu 42 turis internasional untuk menciptakan satu pekerjaan. Sementara ukuran wisatawan domestik adalah 480 kali perjalanan semalam.
Sebelumnya Menteri Pariwisata Selandia Baru mengatakan akan menargetkan turis super kaya untuk mendatangkan cuan dan memelihara pariwisata berkelanjutan. England-Hall pun menyatakan bahwa itu adalah masalah yang kompleks.
"Saya pikir apa yang coba kami sampaikan dalam debat saat ini dalah kami tidak ingin pariwisata menjadi eksploitatif, kami ingin orang-orang datang ke sini untuk menghormati lingkungan kami," tandas England-Hall.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!