Hasil Polling: Mayoritas Traveler Ingin Cuti Bersama Tidak Dipangkas

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hasil Polling: Mayoritas Traveler Ingin Cuti Bersama Tidak Dipangkas

Dadan Kuswaraharja - detikTravel
Minggu, 29 Nov 2020 22:11 WIB
kalender
Foto: thinkstock
Jakarta -

Hasil polling yang dilakukan detikcom menunjukkan banyak yang tidak setuju dengan wacana pemangkasan cuti bersama bulan Desember. Pembaca detikcom sepertinya sudah tak sabar untuk segera berlibur.

Berdasarkan polling yang dibuat tim detikTravel, ada 356 komentar yang isinya 271 tetap libur dan sisanya meminta libur akhir tahun ditiadakan. Berikut beberapa komentar traveler dalam polling tersebut yang tetap meminta adanya cuti bersama di bulan Desember 2020:

"Libur sudah menjadi hak bagi yang bekerja penuh sepanjang tahun. Dengan kewajiban masing-masing menjaga diri dan sekitar dari penularan Covid-19. Pemerintah punya hak dan kewajiban yang sama juga dalam arti melindungi setiap warganya dan memberikan apa yang sudah menjadi hak Warga Negara atau pekerja," ujar Mirza Arti Nugrahani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pendapat saya libur & cuti bersama akhir tahun tetap ada, karena saat ini hampir setiap hari seluruh karyawan tetap masuk kerja tanpa bisa menghindari kerumunan seperti di area publik, stasiun, restoran, warung, mesjid, mall, pasar, dan lain-lain. Saran saya hanya pada saat liburan, tempat-tempat keramaian seperti mall dan arena hiburan ditutup saja agar tidak terjadi penumpukan kerumunan. Agar masyarakat yang merasakan libur & cuti bersama akhir tahun bisa tetap di rumah dan menjaga kondisi kesehatannya. Jadi libur dan cuti bersama akhir tahun tetap ada supaya masyarakat tetap bisa tinggal di rumah. Jika libur ditiadakan namun tempat keramaian & hiburan tetap dibuka. Maka masyarakat tetap mengambil cuti tahunan untuk bisa berlibur di akhir tahun," ujar Anugerah Ameriawan.

"Tetap libur. Bukan soal liburnya kalau kasus meningkat lagi, tapi karena kesadaran masyarakat yang makin kendor. Banyak yang sudah abai protokol kesehatan dan menganggap remeh COVID-19 sehingga dalam kehidupan sehari-hari pun mereka nggak lagi ngerasa perlu pake masker, mulai jarang cuci tangan, mulai males pake hand sanitizer dalam aktivitas sehari-harinya. Plus komitmen Pemda pun yang makin rendah dalam menegakkan kebijakan terkait COVID-19. Banyak pemda yang mulai ga peduli lagi dengan langkah-langkah pengendalian COVID. Tetangga kami di daerah Sukabumi sekeluarga dinyatakan positif padahal mereka tidak ada riwayat bepergian ke mana-mana, tapi pemerintah daerah hanya melakukan swab test tanpa ada tindakan selanjutnya. Cuma mengimbau agar isolasi mandiri dan info dirahasiakan dari masyarakat sekitar, meskipun akhirnya bocor ke masyarakat sekitar. Alhasil anggota keluarga yang positif masih aja berkeliaran kemana-mana dan abai karena merasa secara fisik baik-baik aja, meski hasil swab test telah positif," ujar Acik Veriati.

ADVERTISEMENT

Namun ada juga yang merasa libur akhir tahun yang mencapai total 11 hari itu ditiadakan atau dipangkas saja seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo.

"Kalau libur, ya dijamin pasti terjadi pergerakan manusia pada waktu atau periode yang sama dan pasti terjadi kerumunan.....dan lemahnya penegakan prokes dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap prokes," ujar Raka.

"Supaya penyebaran ⁣Covid-19 minimal berkurang, soalnya yang pada liburan sebagian besar mengabaikan prokes Covid-19," ujar
Daniel_tadung.




(ddn/ddn)

Hide Ads