Pesawat Garuda Indonesia mengangkut 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 dari Sinovac. Pesawat itu mendarat tadi malam di Bandara Soekarno-Hatta tadi malam. Jangan anggap remeh proses pengangkutan ini, karena tergolong kompleks.
Asosiasi Transportasi Maskapai Internasional (IATA) untuk Vaksin dan Logistik serta Distribusi Farmasi menyatakan pengiriman vaksin bakal menjadi operasi terbesar dan paling kompleks dalam memerangi pandemi Covid-19 yang pernah dilakukan anggotanya. Bayangkan ada berapa orang di dunia yang harus divaksinasi. Dosisnya bisa mencapai miliaran kan?
Karena itu IATA sudah merilis panduan mengenai transportasi vaksin yang dikembangkan dengan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional, Federasi Asosiasi Pengangkut Barang Internasional, Federasi Produsen dan Asosiasi Farmasi Internasional, Organisasi Kesehatan Pan Amerika, Otoritas Penerbangan Sipil Inggris, Bank Dunia, Organisasi Kepabeanan Dunia. dan Organisasi Perdagangan Dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panduan tersebut mencakup gudang standar internasional dan pedoman yang terkait dengan pengangkutan vaksin dan akan diperbarui secara berkala saat informasi tersedia lebih jelas untuk industri penerbangan. Selain itu, IATA telah membentuk forum berbagi informasi bersama bagi para pemangku kepentingan.
"Mengirimkan miliaran dosis vaksin yang harus diangkut dan disimpan dalam keadaan beku ke seluruh dunia secara efisien akan melibatkan tantangan logistik yang sangat kompleks di seluruh rantai pasokan. Sementara tantangan langsungnya adalah penerapan langkah-langkah pengujian COVID-19 untuk membuka kembali perbatasan tanpa karantina, kita harus bersiap ketika vaksin sudah siap. Materi panduan ini adalah bagian penting dari persiapan tersebut," kata Direktur Jenderal dan CEO IATA, Alexandre de Juniac.
Tantangan utama yang dibahas dalam Panduan IATA untuk Vaksin dan Farmasi Logistik dan Distribusi mmeliputi
- Ketersediaan fasilitas penyimpanan dengan pengatur suhu dan kontingensi jika fasilitas tersebut tidak tersedia
- Mendefinisikan peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pendistribusian vaksin, terutama otoritas pemerintah dan LSM, untuk membantu distribusi yang aman, cepat dan merata seluas-luasnya.
- Kesiapan industri untuk distribusi vaksin:
1. Kapasitas & Konektivitas: Jaringan rute global telah berkurang secara dramatis dari 22.000 pasangan kota sebelum COVID. Pemerintah perlu membangun kembali konektivitas udara untuk memastikan kapasitas yang memadai tersedia untuk distribusi vaksin.
2. Fasilitas dan infrastruktur: Produsen vaksin pertama yang mengajukan permohonan persetujuan peraturan mengharuskan vaksin dikirim dan disimpan dalam keadaan beku, menjadikan fasilitas ultra-dingin di seluruh rantai pasokan menjadi penting. Beberapa jenis refrigeran diklasifikasikan sebagai barang berbahaya dan volumenya diatur sehingga menambah lapisan kompleksitas tambahan. Pertimbangannya mencakup ketersediaan fasilitas dan peralatan yang dikontrol suhu serta staf yang terlatih untuk menangani vaksin yang sensitif terhadap waktu dan suhu.
- Manajemen perbatasan
Persetujuan pengaturan dan penyimpanan serta izin yang tepat waktu oleh otoritas bea cukai dan kesehatan akan sangat penting. Prioritas untuk proses perbatasan termasuk memperkenalkan prosedur jalur cepat untuk penerbangan berlebih dan izin pendaratan untuk operasi yang membawa vaksin COVID-19 dan potensi pengurangan tarif untuk memfasilitasi pergerakan vaksin.
- Keamanan
Vaksin adalah komoditas yang sangat berharga. Harus ada pengaturan untuk memastikan bahwa pengiriman tetap aman dari gangguan dan pencurian. Proses sudah ada, tetapi pengiriman vaksin dalam jumlah besar akan membutuhkan perencanaan awal yang bagus.
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
TNGR Blokir Pemandu Juliana Marins, Asosiasi Tur Bertindak