Noken Jadi Suara Penting dalam Pilkada Papua, Sudah Tahu?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Noken Jadi Suara Penting dalam Pilkada Papua, Sudah Tahu?

Hari Suroto - detikTravel
Rabu, 09 Des 2020 15:33 WIB
pembuat noken di wamena
Pembuat noken di Papua Foto: albert
Jakarta -

Noken adalah tas rajut atau anyaman. Namun di pedalaman Papua, noken tak hanya sekedar menjadi tas, noken menjadi bagian dari pemilihan kepala daerah (pilkada).

Noken merupakan tas tradisional hasil karya mama-mama Papua. Noken ini berbahan kulit kayu atau daun pandan hutan.

Dalam pesta demokrasi pilkada serentak 2020 ini, kita mungkin lebih mengenal pemilu dengan sistem demokrasi atau one man one vote. Namun untuk sebagian daerah di pedalaman Papua, hal ini tidak berlaku.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di pedalaman dan pegunungan Papua yang akses transportasi dan infrastruktur terbatas. Untuk bisa sampai di tempat pemungutan suara (TPS) bisa membutuhkan waktu berhari-hari menyusuri jalan setapak di tengah hutan atau menyeberangi sungai deras.

Traveler juga harus mendaki lereng bukit yang terjal. Sedangkan penduduknya sebagian terpencar tidak dalam satu tempat, ada di lereng gunung, lembah, tepi sungai atau dalam hutan.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan akses yang terbatas tadi, pemungutan suara di pedalaman Papua menggunakan sistem noken. Ada dua macam yaitu noken digunakan sebagai pengganti kotak suara, dengan one man one vote secara demokratis.

Atau noken sebagai sistem pemilu yaitu suara sepenuhnya diserahkan kepada kepala suku atau tokoh adat yang dihormati untuk memilih satu pasangan calon kepala daerah.

NokenNoken (Foto: Afif Farhan/detikcom)

Pilkada model ini sebenarnya merupakan suara keseluruhan warga pemilih yang diwakilkan kepada salah satu kepala suku atau tokoh adat yang dihormati.

Suara ini merupakan hasil musyawarah mufakat warga pemilih dalam menentukan calon yang dipilih. Atau bisa juga sebelumnya tanpa musyawarah tetapi pengambilan keputusan langsung diserahkan kepada kepala suku.

Dalam sistem noken ada deal-deal politik atau janji-janji antara calon dengan tokoh adat sebagai perwakilan warganya. Ada segi positif dalam sistem ini, yaitu janji-janji politik akan dipegang bersama antara calon dan warga pemilih.

Jika calon nantinya terpilih dan dia tidak menepati janjinya, maka di pilkada selanjutnya masyarakat tidak akan memilih lagi. Selain itu si calon terpilih akan malu untuk berkampanye lagi ke daerah tersebut atau warga akan cuek dan tidak peduli.

Namun dalam sistem noken ada kelemahannya yaitu suara warga pemilih bisa dibeli, walaupun selama ini tidak terpublikasikan secara umum. Pembelian suara itu dikemas dengan cara pemberian bantuan-bantuan dana sosial, hal ini mudah dilakukan oleh petahana.

Sistem noken sebenarnya merupakan cara efektif dalam pemilu terutama di daerah pegunungan dan pedalaman. Hal ini karena penduduk tinggal terpencar di lereng gunung, tepi sungai, di lembah maupun di dalam hutan, yang tidak ada akses jalan darat untuk menuju ke tempat pemungutan suara.

Atau karena tempat tinggal mereka terisolasi sehingga warga pemilih akan membutuhkan waktu lama atau berhari-hari berjalan menuju TPS.

Di tahun-tahun mendatang, jika infrastruktur sudah baik, baik itu infrastruktur jalan, jaringan telekomunikasi atau internet, maka seharusnya sistem noken tidak dipakai lagi. Sistem pemilu dikembalikan ke sistem demokrasi yaitu one man one vote.

Di Papua, beberapa daerah yang tengah menggelar Pilkada 2020 adalah:

Boven Digoel
Merauke
Pegunungan Bintang
Asmat
Nabire
Warofen
Yahukimo
Keerom
Supiori
Membramo Raya
Yalimo
Manokwari
Fakfak
Sorong Selatan
Raja Ampat
Kaimana
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
Pegunungan Arfak
Manokwari Selatan

---

Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(msl/ddn)

Hide Ads