Wow! Landak Irian Ini Mamalia tapi Bertelur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wow! Landak Irian Ini Mamalia tapi Bertelur

Hari Suroto - detikTravel
Sabtu, 12 Des 2020 18:27 WIB
Echidna / Ekidna / babi duri
Foto: Dok. Website Australia Zoo
Jayapura -

Landak Irian atau Zaglossus bruijnii merupakan mamalia endemik Papua, Papua Nugini dan Australia.Termasuk mamalia, namun bertelur.

Hewan ini termasuk dalam famili Tachyglossidae, dikenal juga sebagai hewan berduri moncong panjang pemakan semut. Moncongnya itu berfungsi sebagai indera penciuman untuk melacak bau makanan dan menghindari predator.

Landak Irian termasuk salah satu hewan aneh di dunia. Landak Irian dikenal sebagai monotreme (mamalia yang bertelur) dan mengerami telurnya. Setelah telur menetas, landak Irian akan menyusui anaknya sebagai mamalia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menjadi mamalia berarti harus berbulu agar dapat menjaga suhu tubuh yang relatif tinggi. Selain memiliki bulu, tubuh landak Irian juga ditumbuhi oleh duri-duri.

Monotreme adalah hewan berdarah panas, tetapi suhu badannya lebih rendah daripada mamalia lainnya, yakni 30 - 32 derajat Celcius. Ciri khas monotreme yang mengerami telurnya sangat mirip dengan reptil.

ADVERTISEMENT

Diperkirakan, keduanya memiliki nenek moyang yang sama pada zaman Jurassic sekitar 160 juta tahun yang lalu. Monotreme ini mirip reptilia dalam hal struktur mata dan beberapa tulang tengkoraknya.

Mamalia petelur ini memiliki rongga otak yang luar biasa besarnya, kompleks dan memiliki intelegensia yang relatif tinggi. Di Papua terdapat dua spesies landak Irian.

Landak Irian merupakan monotreme terbesar di dunia dan beratnya mencapai 16 kg. Karena ukuran tubuhnya yang besar, landak Irian ini sering menjadi target utama para pemburu sehingga hewan ini jarang ditemui di dataran rendah dan dikhawatirkan akan menuju kepunahan.

Landak Irian dikenal sebagai hewan yang beraktivitas malam hari, hal ini untuk menghindari pemangsa. Saat ini landak Irian lebih banyak dijumpai di daerah dataran tinggi yang jarang dijelajahi oleh manusia.

***

Artikel ini dibuat oleh Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(fem/fem)

Hide Ads