Baru dilantik, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas hadir membawa pesan toleransi di momen Natal. Di mana hal itu tercermin dari batik yang dikenakannya.
Pada momen Natal tahun ini, Menag Yaqut mendapat apresiasi dari kaum minoritas akan pesan Natalnya yang begitu sejuk dan merangkul semua orang.
"Selamat Natal 2020. Semoga kebahagiaan Natal menyertai umat Kristiani. Kehidupan damai dalam harmoni kemajemukan Indonesia juga tetap terjaga," ujar Yaqut dalam keterangannya, Kamis (24/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain pidato yang sejuk, Menag Yaqut juga tampil menggunakan pakaian batik Lasem yang menjadi kekhasan dari tempat kelahirannya di Rembang. Selain dikenal akan batiknya, Lasem yang disebut sebagai tiongkok kecil itu juga sarat akan akulturasi budaya.
Hal senada juga diungkapkan oleh kurator batik dari Awesome Lasem, Fransiska Anggraini. Dihubungi oleh detikTravel, Jumat (25/12/2020), baik pesan hingga pakaian yang dikenakan oleh Menag Yaqut benar-benar merepresentasikan nilai toleransi.
"Dia pakai batik Lasem dan itu benar-benar hit the spot banget, the whole message itu benar toleransi," pungkas Fransiska Anggraini
Apabila berkunjung ke Lasem, traveler bisa mendapati akulturasi dari budaya Jawa, Tiongkok dan Islam. Sebuah identitas yang dibawa juga oleh Menag Yaqut.
Diceritakan oleh Fransiska, motif batik Lasem yang dikenakan oleh Menag Yaqut berasal dari karya seorang maestro di Desa Babagan atau Mbagan.
"Ini yang bikin itu salah satu maestro batik di Lasem ya, pemain lama. Rumah batiknya itu Sekar Kencana, yang punya Sigit Witjaksono salah satu sepuh di batik Lasem," ujar Fransiska.
Lebih lanjut, ada dua ciri khas budaya di batik tersebut. Yakni percampuran dari Jawa pedalaman yang tampak dari motif parang, serta ciri khas Lasem yang didominasi warna cerah dan berani.
"Kalau yang diagonal garis-garis itu bilangnya lereg, itu kalau gak salah di situ ada parang sama ada detil dari ciri khas batik Lasem. Memang batik ini juga bisa dibilang motif Baganan, karena dibuat pertama kali di Desa Babagan, desanya pak Sigit ini," urainya.
Fransiska sendiri pernah menjual batik tulis serupa karya sang maestro. Seperti diketahui, batik tulis Lasem adalah unik dan dibuat secara terbatas layaknya karna seni.
"Harus nunggu dia bikin lagi dan kita nggak tahu kapan. Karena mereka nggak bisa pesan, karena pegawainya belum 100% full sejak pandemi," ujar Fransiska.
Lebih lanjut, kehadiran Menag Yaqut dianggap bisa membawa angin perubahan bagi kehidupan beragama di Indonesia. Sekiranya, suara kaum minoritas lebih bisa didengar.
"Betul, itu kayak satu kesatuan pesan yang sangat jelas. Kaum minoritas butuh satu figur mayoritas yang bisa dipercaya, yang akan bisa menyuarakan hal-hal mereka," tutup Fransiska.
Harapan itu senada dengan pidato dari Menag Yaqut saat momen sertijab Rabu lalu (23/12). Yaqut Cholil membuka sambutannya dengan mengutip penyataan eks Menag Lukman Hakim Saifuddin yang menirukan pernyataan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid soal Kemenag.
Ia mengatakan, Kementerian Agama harus menjadi kementerian untuk semua agama, bukan satu agama. Ia berharap ke depan tidak ada diskriminasi antara agama satu dengan yang lain.
(rdy/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol