Saat naik pesawat komersial, barangkali terbersit sebuah pertanyaan di benak traveler: Kenapa tidak ada parasut buat penumpang ya? Ternyata, ini jawabannya.
Saat keadaan darurat, pilot pesawat militer biasanya memiliki opsi untuk menggunakan kursi pelontar dan mendarat menggunakan parasut yang selalu siap sedia berada di punggungnya.
Parasut pun jadi benda yang menyelamatkan nyawa seseorang di udara. Namun, apakah hal yang sama bisa diterapkan untuk penerbangan pesawat komersial?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jim Crouch, Direktur Keselamatan dan Latihan Asosiasi Parasut AS, penggunaan parasut di pesawat komersial tidak disarankan, lantaran penumpang pesawat tidak terlatih untuk menggunakan benda tersebut di saat kondisi darurat.
Untuk bisa menggunakan parasut, seorang penerjun payung saja membutuhkan latihan terus menerus dan beberapa persiapan lainnya. Apalagi penumpang pesawat adalah orang awam yang tidak pernah mendapatkan pelatihan untuk menggunakan parasut.
"Ketika seorang penerjun payung jatuh dari pesawat dan parasutnya dikembangkan, mereka butuh setidaknya 4-5 jam waktu latihan," ungkap Jim seperti dikutip dari Conde Nast Traveler, Kamis (28/1/2021).
"Bahkan apabila dia sudah terlatih untuk menggunakan parasut, di dalam pesawat komersial yang biasanya berada di ketinggian 35 ribu kaki, hal itu juga tidak mudah untuk dilakukan," imbuh Jim.
Terjun dengan parasut terikat di punggung tidaklah semudah yang dibayangkan orang-orang. Menurut Asosiasi Parasut AS, terjun payung secara tandem adalah cara termudah bagi seseorang yang baru pertama kali mencoba menggunakan parasut.
Sebelum mulai terjun tandem, kamu akan mendapat pelatihan terlebih dahulu di daratan. Durasinya bisa sampai 1 jam. Lalu, traveler baru diajak terbang di ketinggian 13 ribu kaki, untuk kemudian melompat di udara bebas bersama dengan pasangan yang sudah berpengalaman.
Traveler pemula bahkan harus menjalani 4-5 jam kelas di darat sebelum mulai meluncur di udara. Pelajaran yang harus dikuasai misalnya cara bermanuver, serta berkomunikasi dengan tangan selama di udara.
Penerjun kawakan juga hanya bisa melakukan penerjunan di ketinggian tidak lebih dari 15 ribu kaki. Asosiasi Industri Parasut Selandia Baru bahkan tidak mengizinkan anggotanya terjun di ketinggian lebih dari 16.500 kaki.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum