Protokol 3M di Tempat Wisata Perlu Gaspol Lagi!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Protokol 3M di Tempat Wisata Perlu Gaspol Lagi!

Syanti Mustika - detikTravel
Selasa, 02 Feb 2021 23:34 WIB
dr Reisa Broto Asrmoro
Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta -

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggaungkan kembali gerakan 3M (menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) untuk para wisatawan dan juga pelaku ekonomi. Memakai masker adalah solusi untuk bergerak di tengah pandemi.

"Jumlah sertifikasi CHSE yang dibagikan selama tahun 2020 hampir 6.000 dan kita akan terus tingkatkan. Tapi ini pasti tak akan cukup dan harus didukung dengan kegiatan masif, bahwa gerakan masker harus punya gaung yang lebih kuat lagi. Memang ini telah dikerjakan sejak lama, namun butuh gaspol lagi sebagai bagian dari adaptasi gerakan 3M kita," ujar Menparekraf Sandiaga Uno dalam 'Bincang Bincang Program CHSE Dan Gerakan Pakai Masker', di Gedung Balai Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jakarta, Selasa (2/2/2021).

Praktisi kesehatan dan juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, dr Reisa Broto Asmoro mengatakan beberapa orang mungkin ada yang mengatakan bahwa pandemi 2-3 tahun ke depan akan berakhir, namun pada dasarnya kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan harus kita sadari bahwa semua orang beresiko terinfeksi. Perubahan gaya hidup yang paling penting dalam upaya pencegahan tidak tertular dan menulari ini. Masker juga jadi kunci utama, karena penularan virus ini lewat droplet. Kita bicara, batuk menguap bahkan ada orang yang merokok itu bisa menularkan karena mengeluarkan droplet," papar dr Reisa.

Menparekraf Sandiaga UnoKegiatan 'Bincang Bincang Program CHSE Dan Gerakan Pakai Masker', Selasa (2/2/2021) di Gedung Balai Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jakarta. Foto: Syanti Mustika/detikcom

Walau gerakan 3M sangat simpel, dr Reisa mengatakan bahwa ini harus diterapkan menjadi kebiasaan baru. Karena gerakan memakai masker bisa menyelamatkan ekonomi dan nyawa.

ADVERTISEMENT

"Terdengar simpel sekali gerakan 3M, seperti anak TK saja kan? Tapi buktinya siapa yang betul-betul melaksanakan belum semuanya. Itu yang harus kita jadikan kebiasaan baru supaya kita bisa melindungi diri kita dan orang lain sekitar supaya tidak tertular,"

"Gerakan ini sudah menyelamatkan nyawa ada dari 2 sisi. Sisi kesehatan yaitu tidak terinfeksi, sedangkan dari sisi parekraf ini bisa menyelamatkan ekonomi karena orang tidak bisa makan karena tidak bisa kerja," ujarnya.

dr Reisa mengatakan bahwa kita sudah punya solusi untuk ke depannya di tengah pandemi. Namun penerapannya yang perlu betul dilaksanakan.

"Kita sudah ada solusi. Solusi bagaimana menerapkan perekonomian tetap jalan, tetap produktif namun tidak tertular dan menulari yaitu dengan dengan 3M, dimanapun berada, bekerja atau berkarya yang berinteraksi dengan orang lain. Memulai dengan mengenakan masker dan tidak boleh asal-asalan," ujarnya.

"Ini adalah hal utama yang digaungkan gerakan ini. Memakai masker tidak sepenuhnya efektif maka didukung dengan menjaga jarak dan cuci tangan. Solusinya sudah ada namun mempraktekannya yang perlu dibiasakan sehari-hari," tutup dr Reisa.




(sym/ddn)

Hide Ads