Turis destinasi Tebing Breksi Yogyakarta protes akan keberadaan kotak uang sukarela di spot fotonya. Bahkan, penjaga seakan-akan menguntit di belakangnya.
Taman wisata Tebing Breksi di Kapanewon Prambanan, Sleman beberapa hari terakhir menjadi pembicaraan netizen. Musababnya, ada salah seorang pengunjung yang kecewa dengan adanya kotak sukarela di spot foto.
Ungkapan kekecewaan itu kemudian diunggah di salah satu grup Facebook oleh akun Endah Hayati. Hingga saat ini, postingan itu sudah dikomentari sebanyak 33 ribu kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sangat kecewa dengan pengelola wisata Tebing Breksi yang sekarang, Tebing Breksi dulu terkenal wisata murah meriah, setelah ramai/semakin viral kini jadi mahal," tulis Endah seperti dikutip detikTravel, Rabu (3/2/2021).
Dalam unggahan itu ia menceritakan jika hendak berfoto harus membayar per orang. Selain itu, hampir di setiap spot foto terdapat penjaganya. Bahkan ia mengaku tidak nyaman ketika pindah spot foto masih diikuti oleh penjaga.
"Saya dan teman-teman mau foto langsung penjaganya datang nungguin kotak uangnya sambil mau membantu fotoin pakai HP kami," ceritanya.
"Saya dan teman-teman tidak ada uang buat masukin ke kotak uang akhirnya kami pindah ke spot foto yang tidak dijaga, tetapi diikutin dan ditungguin sama penjaganya benar-benar tidak nyaman bayar di spot foto," tambahnya.
![]() |
Menurutnya, di setiap kotak ada jumlah nominal uang yang harus dimasukkan, yakni Rp 10 ribu. Padahal ada kata sukarela di situ.
"Kami tidak jadi foto-foto karena tidak ada uang untuk bayar di spot foto yang katanya sukarela tetapi setiap spot hanya ada 1 lembar uang Rp 10rb," keluhnya.
Ia pun memberikan saran agar di setiap spot foto bisa digratiskan atau setidaknya jangan ada penjaganya.
"Saran dan kritikan, kini tiket masuknya sudah Rp 10 rb per orang yang dulu masuknya sukarela, tolong setiap spot fotonya gratis saja atau jangan ada penjaganya seperti yang kami ceritakan," ucapnya.
![]() |
Klarifikasi pengelola Tebing Breksi
Terpisah, Ketua Pengelola Taman Wisata Tebing Breksi, Kholiq Widiyanto, angkat bicara soal permasalahan itu. Ia meminta kepada kelompok wahana foto agar meniadakan atau mengganti kotak sukarela dengan bahan yang tidak transparan.
"Menindaklanjuti hal itu, kami selaku pengelola Breksi meminta kepada kelompok enliven untuk meniadakan kotak 'sukarela' atau menutup kotak 'sukarela' yang pada intinya tidak boleh ada uang yang kelihatan," kata Kholiq saat dihubungi wartawan, Rabu (3/2).
Ia juga meminta agar tidak boleh menguntit pengunjung untuk menawarkan jasa foto karena akan membuat pengunjung tidak nyaman atau risih. Ia juga meminta kepada penjaga agar menanyakan kepada pengunjung untuk pengembalian uang yang telah diberikan.
"Dilarang menunjukkan gestur tubuh yang tidak puas jika pengunjung memberikan uang 'sukarela' yang jumlahnya tidak sesuai yang diinginkan setelah berswafoto apalagi (mengucapkan) kata-kata yang sifatnya kasar," jelasnya.
Lebih lanjut, soal kenaikan tiket yang juga sempat disinggung, Kholiq menjelaskan bahwa tiket di Tebing Breksi sudah naik per 1 Desember 2020. Ia berpendapat tiket dinaikkan karena di masa pandemi seperti saat ini pengeluaran naik 100 persen.
"Ada untuk menyiapkan wastafel, sabun, hand sanitizer, APD dan masih banyak lagi dan yang tidak kalah penting kenaikan tiket adalah salah satu cara menjalankan prosedur kesehatan agar wisata Tebing Breksi tidak padat dan bisa menjalankan yang namanya jaga jarak semua demi kenyamanan wisatawan," pungkasnya.
(msl/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol